Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rendahnya Asupan Protein Hewani Sebabkan Anak Stunting

Kompas.com - 26/01/2024, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Rendahnya asupan protein hewani dapat menyebabkan stunting pada anak dan bayi di bawah lima tahun (balita).

Hal tersebut disampaikan Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lovely Daisy, sebagaimana dilansir Antara, Kamis (25/1/2024).

"Berdasarkan riset di 49 negara yang dilakukan pada 130.000 anak usia 6-23 bulan, ditemukan bahwa stunting pada balita disebabkan oleh rendahnya asupan makanan sumber protein hewani," kata Lovely pada temu media dalam memperingati Hari Gizi Nasional di Jakarta.

Baca juga: Stunting Dapat Terjadi Sejak Awal Masa Kehamilan

Untuk mengurangi risiko stunting, maka penting untuk memenuhi asupan protein hewani bagi balita.

Daisy menekankan, protein hewani yang harus dikonsumsi pada anak dalam kurun usia tersebut berasal dari berbagai sumber seperti daging merah, telur, ikan, dan ayam.

Sumber protein hewani yang berbeda, kata dia, bertujuan untuk melengkapi jenis asam amino esensial yang dibutuhkan saat anak mengalami masa emas tumbuh kembang yang terjadi dalam kurun waktu tersebut.

Baca juga: Audit Kasus Stunting Dinilai Jawab Akar Permasalahan Kesehatan

"Kita tekankan di sini adalah pentingnya protein hewani, karena protein hewani ini mengandung asam amino esensial yang bisa membantu untuk perlindungan dari berbagai jenis penyakit," ujarnya.

Daisy menyebutkan, pemenuhan konsumsi protein pada anak berusia 6-23 bulan dapat diintervensi melalui makanan pendamping air susu ibu (MPASI).

Karena pada usia tersebut, ASI sudah tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.

Baca juga: Anemia hingga Pernikahan Dini, Penyebab Lahirnya Bayi Stunting

Daisy menuturkan, MPASI memiliki banyak fungsi dalam memenuhi makronutrisi dan mikronutrisi anak seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak.

Dia mengemukakan, Kemenkes melakukan sejumlah upaya guna meningkatkan cakupan ASI eksklusif dan MPASI.

Beberapa di antaranya adalah mengadakan pelatihan konseling menyusui dan penyegaran konselor ASI, pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), telekonseling menyusui, penyiapan indikator data rutin ASI dan MPASI, serta dukungan PMBA melalui Gizi Bencana.

Baca juga: Deteksi Stunting, Alat Ukur Tubuh Perlu Dioptimalkan Puskesmas

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau