KOMPAS.com - Calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan menyoroti perbedaan upah antara laki-laki dan perempuan.
Hal tersebut disampaikan Anies dalam debat kelima Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 di Jakarta Convention Center, Minggu (4/2/2024).
Tema debat terakhir ini adalah kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.
Baca juga: Pemilu 2024 Jadi Momentum Tingkatkan Keterwakilan Perempuan
Anies menginginkan agar perempuan mendapatkan upah yang setara dengan laki-laki.
"Perempuan harus punya upah yang setara dengan laki-laki,” kata Anies.
Anies juga berjanji akan memenuhi janji buat membangun daycare atau tempat penitipan anak, dan memastikan perlindungan anak dan memberikan ketenangan kepada kaum ibu yang menjadi pekerja.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), memang terjadi ketimpangan upah antara perempuan dan laki-laki.
Baca juga: Gelar Pelatihan Nutrisi, Musim Mas Jangkau Lebih Banyak Perempuan di Perkebunan
Dalam Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2023, rata-rata perempuan mendapatkan upah yang lebih rendah daripada laki-laki.
Rata-rata upah yang diterima perempuan yang bekerja sebagai buruh atau karyawan atau pegawai dalam sebulan adalah Rp 2,4 juta.
Sedangkan rata-rata upah yang diterima laki-laki yang bekerja sebagai buruh atau karyawan atau pegawai dalam sebulan lebih tinggi, yaitu Rp 3,23 juta.
Selain itu, persentase pengangguran di antara angkatan kerja dengan lulusan perguruan tinggi pada perempuan mencapai dua kali lipat dari laki-laki.
Baca juga: Meiline Tenardi, Pengusaha yang Giat Berdayakan Perempuan dan Kesetaraan
Pada perempuan, persentase pengangguran angkatan kerja dari lulusan perguruan tinggi mencapai 17,61 persen.
Artinya, dari 100 perempuan yang lulus perguruan tinggi, hampir 18 di antaranya menganggur.
Sedangkan pada laki-laki, persentase pengangguran angkatan kerja dari lulusan perguruan tinggi adalah 8,75 persen.
Artinya, dari 100 laki-laki yang lulus perguruan tinggi, hampir delapan di antaranya menganggur.
Baca juga: Ada Diskriminasi, Kekerasan Siber Terhadap Perempuan 869 Kasus
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya