KOMPAS.com - Sudah bukan rahasia lagi, perusahaan asuransi ikut berkontribusi dalam peningkatan risiko iklim.
Mereka berpraktik selama puluhan tahun menginvestasikan ratusan miliar dollar AS membiayai perusahaan yang memproduksi bahan bakar fosil seperti British Petroleum (BP), dan Shell.
Extinction Rebellion menganggap, tanpa perlindungan asuransi, pengeboran minyak dan gas akan sulit dilanjutkan.
Hal inilah yang akan dibidik oleh Extinction Rebellion, sebuah gerakan aktivis lingkungan melalui sejumlah kampanye selama sepekan mulai Senin (26/2/2024).
Baca juga: Tantangan Asia Hadapi Krisis Iklim: Greenwashing hingga Inkonsistensi Kebijakan
Mereka mengincar industri asuransi global, dan memperingatkan perusahaan-perusahaan asuransi bahwa jika mereka tidak berkomitmen untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil, mereka akan menjadi sasaran protes.
Setiap tahun, kampanye Asuransikan Masa Depan Kita, yang terdiri dari 24 LSM, mengeluarkan ‘kartu skor’ mengenai 30 perusahaan asuransi besar dan keterlibatan mereka dalam industri minyak dan gas.
Lebih dari dua pertiga perusahaan asuransi AS yang disurvei memiliki aset terkait bahan bakar fosil senilai 536 miliar dolar AS pada tahun 2019.
Menurut Konsultan Keberlanjutan Environment Resources Management (ERM), Kelompok Investasi Ceres, dan Firma Akuntansi Karbon Persefoni, angka tersebut kemungkinan besar akan sama pada tahun-tahun berikutnya.
Para aktivis pun semakin menyerukan peran fundamental perusahaan asuransi dalam menopang industri bahan bakar fosil.
Baca juga: Mencari Gagasan Memperkuat Ketahanan Pangan di Tengah Krisis Iklim
Survei tahun 2023 menemukan bahwa perusahaan asuransi yang beroperasi di pasar Lloyd’s of London adalah penjamin emisi proyek bahan bakar fosil terbesar di dunia.
Secara kolektif, mereka diperkirakan memiliki premi tahunan sebesar 1,5 miliar Euro hingga 2 miliar Euro.
“Jika perusahaan bahan bakar fosil tidak memiliki asuransi untuk proyek-proyek besar mereka, maka seluruh risiko keuangan akan ditanggung oleh mereka. Jadi jika terjadi kesalahan, mereka bertanggung jawab atas apa pun yang terjadi,” kata anggota Extinction Rebellion Steve Tooze, dilansir dari euronews, Sabtu (24/2/2024).
Perusahaan mengasuransikan semua jenis infrastruktur termasuk anjungan minyak dan jaringan pipa.
"Namun, yang benar-benar mengkhawatirkan adalah mereka juga mengasuransikan proyek-proyek baru yang disebut sebagai bom karbon seperti Pipa Minyak Mentah Afrika Timur,” lajut Tooze.
Semua proyek ini jika dibiarkan akan menghasilkan begitu banyak CO2 sehingga akan mempersulit negara-negara untuk memenuhi perjanjian yang mengikat secara hukum untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5 celcius.
Baca juga: Krisis Iklim Picu Kepunahan Kera Besar Lebih dari 200.000 Tahun Lalu
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya