Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batasi Kenaikan Suhu Bumi, Emisi Metana Harus Dipangkas 75 Persen

Kompas.com - 15/03/2024, 10:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Emisi metana dari bahan bakar fosil harus dipangkas hingga 75 persen pada 2030 agar membatasi suhu Bumi tidak naik 1,5 derajat celsius.

Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) melaporkan, emisi metana dari produksi serta penggunaan minyak, gas, batu bara, dan bioenergi menghasilkan lebih dari 128 juta metrik ton pada 2023.

Itu berarti, emisi metana dari sektor energi harus dikurangi hingga mencapai 32 juta metrik ton pada 2030.

Baca juga: Metana dari Energi Terus Meningkat Sejak Pandemi

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan, pemangkasan emisi metana hingga 75 persen sangat penting untuk menghentikan pemanasan global ke tingkat yang berbahaya.

"Sekarang, kita harus fokus untuk mengubah komitmen menjadi tindakan sambil terus mencapai tujuan yang lebih tinggi," kata Birol dalam siaran pers IEA, Rabu (13/3/2024).

Dia menambahkan, berbagai kebijakan yang dibuat dan teknologi yang ada dapat mengurangi emisi metana dari bahan bakar fosil secara signifikan.

"Kami akan terus memantau kemajuan yang merupakan bagian penting dari upaya kami yang lebih luas untuk memastikan negara-negara memenuhi janji-janji energi yang mereka buat pada COP28 (KTT iklim di Dubai pada 2022)," tutur Birol.

IEA memperkirakan, upaya untuk mengurangi emisi metana diperkirakan akan semakin cepat pada 2024 dan seterusnya, dengan adanya COP28 yang membawa perubahan besar dalam ambisi tersebut.

Baca juga: Komitmen Pemerintah Indonesia Kurangi Emisi Gas Metana Dipertanyakan

Dalam COP28, hampir 200 negara yang hadir dalam KTT tersebut sepakat untuk segera mengurangi emisi metana pada 2030.

Banyak juga perusahaan yang telah berkomitmen untuk mengambil tindakan melalui peluncuran Piagam Dekarbonisasi Minyak dan Gas.

Selain itu, semakin banyak negara yang bergabung dalam Ikrar Metana Global, termasuk yang terbaru, Azerbaijan, yang akan menjadi tuan rumah COP29.

Jika semua janji yang dibuat oleh negara-negara dan perusahaan ditepati secara dan tepat waktu, emisi metana dari bahan bakar fosil akan turun hingga 50 persen pada 2030, menurut analisi IEA.

Namun, sebagian besar janji tersebut belum didukung oleh rencana implementasi.

Baca juga: Metana dari Danau Turut Berkontribusi terhadap Emisi GRK

Metana bertanggung jawab atas hampir sepertiga kenaikan suhu global sejak Revolusi Industri.

Dan sektor energi – termasuk minyak, gas alam, batu bara, dan bioenergi – merupakan sumber emisi metana terbesar kedua dari aktivitas manusia.

Meskipun metana di atmosfer menghilang lebih cepat daripada karbon dioksida, gas ini merupakan emisi gas rumah kaca yang jauh lebih kuat dalam jangka waktu pendek.

Oleh karena itu, mengurangi emisi metana adalah salah satu cara terbaik untuk membatasi pemanasan global dan meningkatkan kualitas udara dalam jangka pendek.

Baca juga: Google Segera Luncurkan Satelit Pemantau Metana, Lacak Kebocoran dari Migas

Menurut analisis baru IEA, sekitar 40 persen emisi metana dari operasional bahan bakar fosil pada 2023 sebenarnya dapat dihindari tanpa biaya yang mahal.

Mengurangi emisi metana dari bahan bakar fosil sebesar 75 persen pada 2030 akan membutuhkan pengeluaran sebesar 170 miliar dollar AS, kurang dari 5 persen pendapatan yang dihasilkan oleh industri bahan bakar fosil pada tahun 2023.

Sementara itu, semakin banyak satelit canggih yang memantau kebocoran metana, seperti MethaneSAT yang baru-baru ini diluncurkan oleh Environmental Defense Fund, sehingga mempermudah identifikasi dan penanganannya.

Satelit-satelit ini dapat mengatasi kesenjangan dan ketidakpastian pendataan selama ini dengan memberikan informasi tepat waktu yang mungkin belum terungkap.

Baca juga: Gas Metana dari Sisa Makanan Bisa Sebabkan Pemanasan Global

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau