KOMPAS.com - Usaha kecil dan menengah (UKM) adalah mesin pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional yang penting.
96 persen lapangan pekerjaan diserap oleh sektor UKM dan pelaku usahanya berkontribusi terhadap 60 persen produk domestik bruto (PDB).
Di sisi lain, emisi gas rumah kaca (GRK) dari UKM tidak bisa dianggap remeh. Emisi yang dihasilkan dari setiap UKM cenderung kecil. Akan tetapi bila semuanya digabungkan, akumulasi emisinya menjadi sangat besar.
Baca juga: Batasi Kenaikan Suhu Bumi, Emisi Metana Harus Dipangkas 75 Persen
Menurut survei yang dilakukan Institute for Essential Services Reform (IESR), emisi GRK dari sektor UKM di seluruh Indonesia mencapai 216 juta ton karbon dioksida dalam setahun pada 2023.
Angka tersebut hampir setara dengan emisi GRK yang dihasilkan dari sektor industri nasional yang menyentuh 238,1 juta ton karbon dioksida pada 2022 menurut Kementerian Perindustrian.
IESR melakukan survei terhadap 1.000 pelaku UKM yang tersebar di 10 provinsi dengan jumlah terbanyak. Jumlah sampel tersebut merepresentasikan lebih dari 65 juta UKM di Indonesia.
Oleh karena itu, penting untuk turut mendekarbonisasi sektor UKM agar sejalan dengan upaya pengurangan emisi global.
Selain Indonesia, emisi UKM dari sejumlah negara rupanya juga cukup tinggi.
Baca juga: Emisi UKM Sangat Besar, Begini Strategi Menurunkannya
Analis IESR Abyan Hilmy Yafi mencontohkan, di Uni Eropa, masing-masing UKM menghasilkan emisi antara 67 sampai 75 ton karbon dioksida per tahun pada 2018.
Namun, karena jumlah UKM di Uni Eropa banyak, akumulasi emisi dari sektor ini menjadi sangat besar.
"Pangsa kolektif UKM dari total emisi perusahaan tergolong tinggi, yaitu 63,3 peren dari seluruh emisi karbon dioksida dan GRK yang dihasilkan semua perusahaan," kata Abyan dalam diskusi daring bertajuk "Peluang Dekarbonisasi UKM di Indonesia dan Pembelajaran dari Pengalaman Global", Kamis (14/3/2024).
Kondisi serupa juga terjadi di Amerika Serikat (AS). Emisi dari setiap UKM memang sedikit, tapi bila digabung, total emisinya sangat besar.
Secara kolektif, estimasi dari semua UKM menyumbang hampir 50 persen terhadap emisi GRK di AS.
Baca juga: Jarang Diketahui, Emisi UKM Rupanya Hampir Setara Industri Nasional
"Total emisi nasional negara ini pada 2022 adalah 4,6 giga ton karbon dioksida," ucap Abyan.
Sementara itu, Peneliti Kebijakan Energi dan Lingkungan Lawrence Berkeley National Laboratory (LBNL) Bo Shen menyampaikan, beberapa negara sudah mencoba melacak dan berupaya menekan emisi dari sektor UKM.
Di AS misalnya, sejumlah universitas membuat pusat penilaian industri yang didanai oleh pemerintah untuk mengetahui estimasi konsumsi energi dan emisi UKM.
Sedangkan di China, pelaku UKM didorong untuk melakukan sertifikasi efisiensi energi.
Sertifikasi ini menjadi dasar bagi perusahaan besar untuk mengambil produk UKM tersebut.
Baca juga: ABB Ajak Industri Ikut Gerakan Efisiensi Energi, Kejar Emisi Bersih
Bo Shen menuturkan, di Indonesia setidaknya ada tiga cara efektif untuk mendorong penghematan energi di UKM sehingga dapat menekan emisi GRK dari sektor ini.
Pertama, menyediakan sistem yang terstandarisasi dan transparan untuk melacak, menilai, serta mengkomunikasikan kinerja energi UKM.
Kedua, adanya skema evaluasi yang didukung pemerintah dalam peningkatan citra usaha.
Ketiga, keberadaan target dekarbonisasi yang jelas bagi pemerintah, perusahaan multinasional dan UKM.
Baca juga: Komitmen Pemerintah Indonesia Kurangi Emisi Gas Metana Dipertanyakan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya