KOMPAS.com - Emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan oleh usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia mencapai 216 juta ton karbon dioksida dalam setahun pada 2023.
Angka tersebut setara dengan emisi GRK yang dihasilkan dari sektor industri nasional yang menyentuh 238,1 juta ton karbon dioksida pada 2022 menurut Kementerian Perindustrian.
Emisi yang dihasilkan UKM tersebut terungkap berdasarkan hasil survei yang dilakukan lembaga think tank Institute for Essential Services Reform (IESR).
Baca juga: Gandeng Pemkot Cirebon, Lazada Perkuat UKM Fesyen Cirebon
Analis IESR Abyan Hilmy Yafi mengatakan, IESR melakukan survei terhadap 1.000 UKM yang tersebar di 10 provinsi dengan jumlah terbanyak.
Jumlah sampel tersebut merepresentasikan lebih dari 65 juta UKM di Indonesia. Berdasarkan survei, perdagangan menjadi sektor UKM yang menghasilkan emisi paling banyak.
"Hal tersebut karena banyaknya usaha dan tingginya penggunaan bahan bakar untuk mengangkut dan menyimpan barang," kata Abyan dalam diskusi daring bertajuk "Peluang Dekarbonisasi UKM di Indonesia dan Pembelajaran dari Pengalaman Global", Kamis (14/3/2024).
Di samping itu, ada kesenjangan pengetahuan antara industri besar dengan para pelaku UKM. Mayoritas pelaku UKM juga masih belum paham mengenai konsumsi energi dan emisi GRK yang dihasilkan.
Baca juga: Hutama Karya Salurkan Rp 200 Juta untuk UKM Pertukangan
Menurut kunjungan langsung untuk memverifikasi hasil survei, emisi GRK yang dihasilkan dari pelaku UKM lebih tinggi dibandingkan hasil survei.
Contohnya di salah satu UKM tekstil. Hasil survei menunjukkan estimasi emisinya 7,2 ton karbon dioksida per tahun. Setelah dilakukan pengecekan lapangan, emisi yang dihasilkan estimasinya 539,72 ton per tahun.
Di satu sisi, UKM memiliki peran yang sangat besar terhadap perekonomian nasional. 96 persen pekerjaan diserap oleh sektor UKM dan pelaku usahanya berkontribusi terhadap 60 persen produk domestik bruto.
Di sisi lain, emisi yang dihasilkan dari UKM selama ini seringkali tidak terlacak. Padahal, penting untuk turut mendekarbonisasi sektor ini agar sejalan dengan upaya pengurangan emisi global.
Baca juga: Zoho dan ITS Berdayakan Mahasiswa dan UKM Melalui Teknologi Low-Code
Emisi yang dihasilkan dari setiap UKM cenderung kecil. Akan tetapi bila semuanya digabungkan, akumulasi emisinya menjadi sangat besar.
"Namun kontribusi emisinya kerap disepelekan padahal acap kali berdampak terhadap lingkungan," papar Abyan.
Selain itu, sejauh ini belum ada regulasi yang secara kuat dalam mendekarbonisasi sektor UKM.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menyampaikan, 95 persen emisi yang dihasilkan UKM berasal dari pembakaran energi. Sedangkan sisanya, 5 persen, berasal dari sampah yang dihasilkan.
Baca juga: ABB Ajak Industri Ikut Gerakan Efisiensi Energi, Kejar Emisi Bersih
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya