Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/03/2024, 10:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Menurut penelitian terbaru, plastik rupanya memiliki bahan kimia lebih banyak dibandingkan perkiraan oleh badan-badan lingkungan hidup.

Sebelumnya, menurut Program Lingkungan Hidup atau United Nations Environment Programme (UNEP), ada sekitar 13.000 bahan kimia yang terkandung dalam plastik.

Namun kini, berdasarkan laporan terbaru dari tim ilmuwan Eropa, ada lebih dari 16.000 bahan kimia yang kerkandung dalam plastik, mulai dari kemasan makanan, mainan, hingga peralatan medis.

Baca juga: Pisces Partnership dan Kemenko Marves Luncurkan Inisiatif Pisces Relay di Banyuwangi Perangi Sampah Plastik

Dari belasan ribu bahan kimia tersebut, seperempat di antaranya dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Salah satu penulis laporan tersebut, Jane Muncke, yang merupakan Direktur Pelaksana Food Packaging Forum yang berbasis di Swiss, menyampaikan semua pihak perlu melihat siklus hidup plastik.

"Untuk mengatasi polusi plastik dengan baik, Anda harus melihat seluruh siklus hidup plastik dan mengatasi masalah bahan kimianya," kata Muncke, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (15/3/2024).

Pasalnya, bahan kimia plastik dapat larut ke dalam air dan bahkan makanan.

Baca juga: Daur Ulang, Lelucon Tipuan Puluhan Dekade Produsen Plastik

"Saat ini kami menemukan ratusan, bahkan ribuan, bahan kimia plastik pada manusia dan beberapa di antaranya dikaitkan dengan dampak kesehatan yang merugikan," tutur Muncke.

Dampak yang diakibatkan dari bahan-bahan kimia plastik tersebut sangat beragam, mulai dari masalah kesuburan hingga penyakit kardiovaskular.

"Ketika kita melihat produk yang kita gunakan sehari-hari, kita biasanya menemukan ratusan, bahkan ribuan bahan kimia dalam satu produk plastik,” kata penulis utama studi tersebut, Martin Wagner yang merupakan ahli toksikologi lingkungan di Norwegian University of Science and Technology.

Sejauh ini, pelaku industri plastik berpendapat setiap perjanjian global yang menyangkut plastik seharusnya mendorong ke arah daur ulang dan penggunaan kembali plastik.

Baca juga: Kolaborasi ESTA-Plastic Bank Kurangi Polusi Plastik dan Dorong Ekonomi

Kendati demikian, para peneliti berpendapat, melihat besarnya dampak dari plastik, mengatasi sampah plastik saja tidak cukup untuk melindungi manusia.

Para ilmuwan menggarisbawahi perlunya transparansi yang lebih besar mengenai bahan kimia apa saja yang terkandung dalam semua plastik, termasuk produk daur ulang.

Seperempat dari bahan kimia yang teridentifikasi tidak memiliki informasi dasar tentang identitas kimia dasarnya, kata laporan itu.

"Inti masalahnya adalah kompleksitas kimiawi plastik," kata Wagner, yang juga menjabat di dewan Scientists' Coalition for an Effective Plastics Treaty.

Baca juga: Studi: Larangan Plastik Sekali Pakai Kurangi Sampah dan Polusi

Wagner menuturkan, seringkali produsen tidak benar-benar mengetahui jenis bahan kimia yang terkandung dalam produk mereka.

"Dan bahan kimia tersebut berasal dari rantai nilai yang sangat kompleks," ucap Wagner.

Sejauh ini, baru 6 persen bahan kimia yang ditemukan dalam plastik yang sudah diatur secara internasional.

Wagner menambahkan, tanpa tekanan regulasi, tidak ada motivasi untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam plastik.

Baca juga: Kemasan Plastik yang Problematik

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau