Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Smart Aviation Bantu Tangani Bencana dengan Teknologi Modifikasi Cuaca

Kompas.com - 24/03/2024, 10:11 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Curah hujan tinggi beberapa waktu terakhir di berbagai wilayah Indonesia telah memicu potensi bencana banjir, seperti yang terjadi pada awal tahun 2024 di wilayah Jawa Barat, Banten, dan sekitarnya.

Sementara itu, bencana banjir dan longsor juga terjadi hingga Maret 2024 di wilayah Demak, Semarang, dan Jawa Tengah. Sederet bencana cuaca ini memberikan dampak negatif kepada masyarakat, mulai dari sosial hingga ekonomi. 

Dalam hal ini, Divisi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) PT Smart Cakrawala Aviation (Smart Aviation), berupaya mendukung pemerintah dalam menanggulangi bencana cuaca di Indonesia.

Baca juga: Keterlibatan Perempuan dalam Peringatan Dini Bencana Perlu Ditingkatkan, Ini Alasannya

Direktur Utama sekaligus Pemilik Smart Aviation Pongky Majaya mengatakan, teknologi modifikasi cuaca yang diterapkan telah terbukti efektif dalam mengendalikan pola cuaca ekstrem.

"Metode seperti penanganan kabut asap, pemecahan awan, hingga penyelaras awan menjadi bagian dari teknologi canggih yang kami gunakan untuk merespons ancaman bencana cuaca dengan cepat dan efisien," kata Pongky dalam jumpa media di Jakarta, Jumat (22/3/2024). 

Ia menjelaskan, pihaknya sebagai perusahaan swasta yang menjadi pionir pengembangan layanan Teknologi Modifikasi Cuaca yang lengkap, Smart Aviation telah bekerja sama dengan sejumlah stakeholder, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 

Kolaborasi ini, kata Pongky, untuk menciptakan kerja sama yang kuat dalam situasi darurat cuaca yang semakin kompleks.

Tangani banjir hingga karhutla

Menurut Pongky, Smart Aviation telah dipercaya untuk berbagai proyek dalam menangani modifikasi cuaca di Indonesia.

Baca juga: Kepala BNPB Sebut RI Hadapi Anomali Bencana, Ada Karhutla dan Banjir

Mulai dari penanganan permasalahan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), kekeringan, polusi udara, hingga membantu dalam peningkatan kebutuhan air pada sektor waduk di Indonesia.

Untuk karhutla, misalnya, Smart Aviation ikut membantu penanganan kebakaran hutan dan lahan yang sempat masif terjadi pada tahun 2023 di sejumlah wilayah, seperti Riau, Jambi, dan tiga provinsi Kalimantan. 

"Pada saat yang sama di Jakarta juga sedang tinggi polutan, kami membantu support BNPB dengan dua pesawat khusus," ujar General Marketing Smart Aviation Sonia Erlyn Nasution. 

Tim Smart Aviation dalam jumpa media di Jakarta, JUmat (22/3/2024). KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Tim Smart Aviation dalam jumpa media di Jakarta, JUmat (22/3/2024).

Melalui Teknologi Modifikasi Cuaca dari Smart Aviation, kata dia, pemerintah daerah juga dapat secara langsung melakukan intervensi secara cepat dan tepat terhadap kondisi cuaca yang berpotensi menyebabkan bencana, seperti banjir, longsor, atau kebakaran hutan.

"Hal ini memungkinkan pihak berwenang untuk mengambil langkah preventif yang lebih efektif dan mengurangi dampak negatif bagi masyarakat," imbuhnya. 

Pentingnya kolaborasi

Lebih lanjut, Pongky menyebut pihaknya terus mendukung pemerintah pusat dan daerah untuk kolaborasi.

Sebab, kata dia, kerja sama antara sektor swasta dan pemerintah daerah secara efektif dapat mengatasi tantangan-tantangan kompleks di tingkat lokal.

Baca juga: Studi HCC: 48 Persen Warga Tidak Siap Hadapi Bencana Banjir

"Melalui kemitraan seperti ini, kami menyaksikan bagaimana sinergi antara keahlian teknis TMC yang kami miliki dan pemahaman mendalam pemerintah daerah tentang kebutuhan masyarakat lokal dapat menghasilkan solusi inovatif yang bermanfaat bagi semua pihak,” tambah Pongky.

Saat ini, Smart Aviation juga menyediakan pesawat dan helikopter untuk melakukan pemantauan udara, khususnya saat musim mudik Lebaran, guna membantu pemantauan dan penanganan bencana dari udara.

Upaya Smart Aviation untuk memperkuat kapasitas operasionalnya tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan, tetapi juga untuk meningkatkan responsibilitas sosial perusahaan.

"Kami siap bekerja bersama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun badan terkait untuk menciptakan masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan bagi Indonesia,” tutup Pongky.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau