Adaro juga mengaku ingin ikut berkontribusi dalam menciptakan lapangan pekerjaan dengan melibatkan 6.000 tenaga kerja lokal pada fase konstruksi dan sekitar 1.500 tenaga kerja lokal pada fase operasi.
Baca juga: Emisi 20 Bandara Setara 58 PLTU Batu Bara pada 2019
"Adaro terus bekerja keras untuk mencapai target Commercial Operation Date (COD) yang direncanakan di tahun 2025, dengan kapasitas produksi fase pertama sebanyak 500.000 aluminium, atau mengurangi sampai dengan 50 persen impor produk aluminium," terang Wito.
Sejalan dengan strategi pemerintah dalam melakukan transisi energi, Wito menjelaskan, dalam tahapan proses produksi dan pengembangan selanjutnya, aluminium smelter Adaro ini juga akan memanfaatkan EBT.
"Memanfaatkan EBT dari PLTA Mentarang Induk berkapasitas 1.375 Megawatt dengan standar konstruksi modern yang ramah lingkungan, target COD 2030," jelas Wito.
Upaya Adaro dalam meningkatkan ketersediaan aluminium demi peningkatan daya saing produk sumber daya alam di Indonesia ini, kata dia, diharapkan turut membantu pemerintah dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Baca juga: China Tambah Puluhan PLTU Batu Bara, Target Iklim Bakal Meleset
Sekaligus berperan dalam mewujudkan industri yang rendah karbon untuk mencapai target nol emisi bersih atau Net Zero Emission Indonesia di kemudian hari.
"Adaro membangun smelter untuk mendukung program hilirisasi pemerintah. Kami dukung pemerintah, karena hilirisasi juga menciptakan lapangan kerja untuk anak-anak muda Indonesia," pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya