KOMPAS.com - Berbagai wilayah melarang menyalakan petasan. Pasalnya, menyalakan petasan tidak hanya mengganggu, tetapi juga dapat membahayakan keselamatan bersama.
Contohnya, Polresta Yogyakarta bahkan bakal menindak masyarakat yang nekat menyalakan petasan menjelang Lebaran.
Sebelumnya, Polda Jawa Tengah (Jateng) meminta warga tak menyalakan dan mengedarkan petasan saat Ramadhan 2024.
Baca juga: Kurangi Sampah Lebaran, Akademisi Ajak Shalat Id Tanpa Koran
Entah sejak kapan, petasan kerap dimanfaatkan sejumlah orang untuk menyemarakkan Lebaran.
Padahal, menyalakan petasan menimbulkan dampak buruk seperti polusi suara dan sampah yang mencemari lingkungan.
Karena banyaknya dampak buruk tersebut, akan lebih baik bila kita menghindari petasan saat Lebaran.
Dilansir dari berbagai sumber, ini sederet dampak buruk petasan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Baca juga: Mudik Lebaran Bisa Pakai Aplikasi BNPB untuk Pantau Risiko Bencana
Petasan yang meletus menimbulkan suara keras yang mengganggu dan memekakkan telinga. Semakin besar ukurannya, semakin keras pula suaranya.
Suara keras yang memekakkan telinga dapat membahayakan orang-orang yang mengidap penyakit kronis seperti jantung.
Bayi yang baru lahir juga memiliki risiko terhadap suara ledakan petasan.
Ketika petasan meletus, komponen pembungkusnya turut hancur dan berserakan ke mana-mana.
Selain itu, komponen lainnya turut hancur hingga menimbulkan sampah yang tentu tidak kita inginkan.
Zat-zat kimia yang terdapat pada petasan seperti sulfur dioksida, karbon monoksida, karbon dioksida, hingga logam berat dapat mencemari udara dan air.
Munculnya sampah dari petasan tentu berkebalikan dengan semangat untuk mengurangi limbah dari diri sendiri.
Baca juga: Jelang Arus Mudik Lebaran, BMKG Siap Terapkan Modifikasi Cuaca
Menyalakan petasan bisa meningkatkan risiko terkena luka bakar, khususnya pada area jari, tangan, dan kaki.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya