KOMPAS.com - Kapasitas energi terbarukan global mengalami pertumbuhan yang terus meningkat. Akan tetapi, hal tersebut masih belum sesuai dengan target iklim.
Lembaga think tank REN21 menyebutkan, kapasitas energi terbarukan global meningkat 36 persen tahun lalu hingga mencapai sekitar 472 gigawatt (GW).
Akan tetapi, pengembangan tersebut masih jauh dari target 1.000 gigawatt (GW) per tahun untuk memenuhi komitmen iklim dunia. Di satu sisi, permintaan energi terus meningkat.
Baca juga: Investasi ke Energi Terbarukan Dapat Lipatgandakan Pertumbuhan Ekonomi
"Kenyataannya adalah permintaan energi meningkat pada saat yang sama, terutama di China, India, dan negara berkembang lainnya," kata Sekretaris Eksekutif REN21 Rana Adib, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (4/4/2024).
REN21 mengatakan, energi terbarukan masih terhambat oleh kurangnya investasi pada infrastruktur jaringan listrik.
Perkiraan proyek energi terbarukan sebesar 3.000 GW masih menunggu sambungan jaringan listrik pada tahun lalu.
Upaya lebih besar juga diperlukan untuk meningkatkan efisiensi energi dan menghapuskan subsidi bahan bakar fosil.
Baca juga: Pengembangan Energi Terbarukan Global Masih Timpang, Belum Selaras dengan Target 2030
Subsidi untuk bahan bakar fosil dari negara-negara G20 saja mencapai rekor 1,3 triliun dollar AS pada 2022.
Memberikan dukungan finansial kepada negara-negara berkembang untuk membangun kapasitas energi terbarukan juga masih menjadi tantangan besar.
Adib mengatakan, biaya pendanaan yang terkadang mencapai lima kali lebih tinggi dibandingkan negara-negara kaya.
"Biaya modal telah meningkat pesat secara global, namun meningkat secara tidak proporsional di negara-negara berkembang," tutur Adib.
Dia menambahkan, pendanaan pembangunan juga mengalami kegagalan, yaitu hanya menyumbang 1,4 persen dari total investasi energi terbarukan global pada 2023.
Baca juga: Wilayah di Papua Ini Bakal Andalkan 100 Persen Energi Terbarukan
Total investasi energi terbarukan global mencapai 623 miliar dollar AS pada 2023, naik 8,1 persen dibandingkan 2022.
Padahal, diperkirakan butuh investasi 1,3 triliun dollar AS setiap tahun untuk memenuhi target iklim.
Pada perundingan iklim COP28 tahun lalu, negara-negara berjanji untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan global dan melipatgandakan efisiensi energi pada 2030.
Adib menegaskan, menetapkan target saja tidak cukup.
"(Sebenarnya) kita mempunyai teknologi, 80 persen emisi karbon dioksida dapat dikurangi dengan teknologi yang ada. Kita memerlukan kemauan politik," ucap Adib.
Baca juga: Paradigma Pengembangan Energi Cenderung ke Ekonomi, Bukan Lingkungan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya