Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/04/2024, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Para negosiator dari 175 negara memulai pembicaraan rancangan perjanjian polusi plastik dunia di Ottawa, Kanada, Selasa (23/4/2024).

Perjanjian tersebut digelar guna membahas traktat global untuk mengatasi pencemaran lingkungan global akibat polusi plastik.

Pemimpin negosiator, Luis Valdivieso, mengatakan dunia mengandalkan para perunding yang hadir untuk perjanjian tersebut.

Baca juga: Peringati Hari Bumi, Ini 5 Kiat Kurangi Sampah Plastik dari Diri Sendiri

"Yang akan mengkatalisasi dan memandu tindakan dan kerja sama internasional yang diperlukan untuk mewujudkan masa depan yang bebas polusi plastik. Jangan sampai kita gagal," kata Valdivieso, sebagaimana dilansir France24.

Pembicaraan tersebut dimulai pada Selasa dan dijadwalkan berakhir pada Senin (29/4/2024), pekan depan.

Pertemuan di Ottawa tersebut merupakan tindak lanjut dari pembicaraan-pembicaraan sebelumnya mengenai perjanjian polusi plastik dunia.

Rangkaian pembicaraan dimulai usai Majelis Lingkungan Hidup PBB mengadopsi resolusi untuk mengembangkan instrumen yang mengikat secara hukum internasional mengenai polusi plastik pada Maret 2022.

Baca juga: Peringati Hari Bumi, Komunitas Ingatkan Bahaya Sampah Plastik di Lautan

Setelah itu, tiga putaran pembicaraan mengenai perjanjian polusi plastik dunia telah digelar.

Pembicaraan di Ottawa menjadi pembicaraan putaran keempat sekaligus menjadi momen krusial sebelum pembicaraan terakhir di Korea Selatan pada akhir tahun ini.

Menteri Lingkungan Hidup Kanada Steven Guilbeault mengatakan, plastik telah menciptakan budaya sekali pakai yang membuat dunia kecanduan. Dia menambahkan, budaya tersebut harus dienyahkan.

"Kita harus mengakui bahwa kita tidak bisa memilih antara daur ulang, pelarangan, atau inovasi. Kita harus melakukan ketiganya," kata Guilbeault.

Baca juga: Planet vs Plastic Jadi Tema Hari Bumi 2024, Tuntut Pengurangan Plastik

Polusi plastik

Para aktivis lingkungan menyerukan produksi plastik dikuranig sebesar 75 persen pada 2040.

Akan tetapi, seruan tersebut bertentangan dengan negara-negara penghasil minyak dan industri plastik.

Meningkatnya polusi plastik menimbulkan risiko yang besar, terutama berpotensi menimbulkan dampak buruk terhadap lautan dan iklim.

Produksi plastik tahunan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 20 tahun menjadi 460 juta ton. Sedangan dari total produksi plastik, hanya 9 persen saja yang berhasil didaur ulang.

Baca juga: Dijual, Patung Messi Berbahan Plastik Daur Ulang Rumah Lingkungan

Data terakhir menunjukkan, produksi plastik juga telah menyumbang 3,4 persen emisi global pada 2019.

Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), kontribusi produksi plastik terhadap pemanasan global bisa meningkat dua kali lipat pada 2060.

Bukannya menurun, produksi plastik malah diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat dalam empat dekade ke depan.

"Waktu tidak mendukung kita dalam hal penyelesaian instrumen ini, namun juga seberapa banyak hal yang dapat kita lakukan untuk planet ini," kata Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB Inger Andersen.

Baca juga: Waspada, Bahan Kimia dalam Plastik Rupanya Jauh Lebih Banyak

Tarik ulur

Pada pertemuan sebelumnya di Kenya pada November 2023, panjang rancangan perjanjian berlipat ganda dari 30 menjadi 70 halaman.

Negara-negara penghasil minyak seperti Arab Saudi menyatakan keberatan mereka terhadap pembatasan produksi plastik. Mereka menekankan pada daur ulang.

Bagi industri plastik dan kimia, daur ulang adalah cara paling efektif untuk mengakhiri polusi plastik dengan dampak lingkungan dan ekonomi paling kecil.

Di sisi lain, Stewart Harris dari Dewan Kimia Amerika mengatakan kepada AFP, perjanjian apa pun harus fokus pada penghapusan sampah plastik.

Sementara itu, 65 anggota "koalisi ambisi tinggi" yang diketuai Rwanda dan Norwegia termasuk mayoritas negara-negara Uni Eropa, ingin mengatasi produksi plastik.

Graham Forbes dari Greenpeace berharap, negara-negara akan melawan pihak-pihak yang mencoba menghambat kemajuan dan benar-benar menunjukkan keberanian untuk melindungi manusia di planet ini.

Baca juga: Daur Ulang, Lelucon Tipuan Puluhan Dekade Produsen Plastik

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau