KOMPAS.com - Malaysia berencana memberikan hadiah orangutan kepada negara-negara pengimpor minyak sawit dari "Negeri Jiran".
Dalam rencana yang dikenal sebagai "diplomasi orangutan" tersebut, Malaysia menjadikan mamalia cerdas yang dilindungi itu untuk menghilangkan kekhawatiran negara lain mengenai dampak lingkungan minyak sawit.
Dilansir dari Reuters, Rabu (8/5/2024), Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Johari Abdul Ghani mengatakan, negaranya akan menawarkan hadiah berupa orangutan kepada mitra dagangnya, khususnya importir besar seperti Uni Eropa, India, dan China sebagai bagian dari strategi diplomatik.
Baca juga: Orangutan Mampu Obati Luka dengan Racikan Herbal Sendiri
Rencana tersebut mengemuka setelah Uni Eropa memberlakukan Undang-Undang (UU) Anti Deforestasi tahun lalu, tepatnya, 16 Mei 2023.
Setidaknya, ada tujuh komoditas yang diatur dalam UU tersebut yaitu minyak sawit mentah, kopi, daging, kayu, kakao, kedelai, dan karet.
UU tersebut ditentang sejumlah negara, termasuk Malaysia, dan menyebut aturan tersebut diskriminatif.
"(Diplomasi orangutan) ini akan membuktikan kepada komunitas global bahwa Malaysia berkomitmen terhadap konservasi keanekaragaman hayati," kata Johari di platform media sosial X (dulu Twitter), Selasa (7/5/2024) malam.
Baca juga: Perusahaan Tambang Beri Orangutan Rumah Baru di Lahan Reklamasi
Johari menyampaikan, Malaysia tidak bisa mengambil pendekatan defensif terhadap isu minyak sawit.
"Sebaliknya kita perlu menunjukkan kepada negara-negara di dunia bahwa Malaysia adalah produsen minyak sawit berkelanjutan dan berkomitmen untuk melindungi hutan dan kelestarian lingkungan," tutur Johari.
Sejauh ini, belum ada rincian lebih lanjut mengenai rencana tersebut.
Di sisi lain, rencana Malaysia untuk menjalankan "diplomasi orangutan" dikhawatirkan oleh kelompok-kelompok advokasi satwa dan lingkungan.
Pasalnya, orangutan adalah satwa yang terancam punah. World Wide Fund (WWF) menyebutkan, di Kalimantan, populasi orangutan diprediksi kurang dari 105.000 ekor.
Baca juga: Lestarikan Orangutan Berarti Turut Selamatkan Hutan
"Diplomasi orangutan" juga dapat memicu kekhawatiran terhadap upaya perlindungan dan konservasi populasi mamalia tersebut di alam bebas.
WWF Malaysia mengatakan, alih-alih menjadikan orangutan sebagai alat diplomasi, perkebunan kelapa sawit harus menyediakan koridor satwa liar yang aman bagi orangutan.
Selain itu, WWF Malaysia juga meminta pemerintah untuk menghentikan konversi hutan menjadi perkebunan.
Kelompok advokasi Justice for Wildlife Malaysia mengatakan, pemerintah harus mempertimbangkan langkah-langkah diplomasi alternatif.
Selain itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi dampak dan kelayakan rencana tersebut terhadap upaya konservasi lainnya.
Baca juga: Mengenal Orangutan Tapanuli, Kerabat Dekat Manusia
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya