Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abraham Wahyu Nugroho
Pegawai Negeri Sipil

Pemerhati Kebijakan Publik

Akselerasi Kredit Hijau untuk Ekonomi Berkelanjutan

Kompas.com - 24/06/2024, 16:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hal ini karena entitas tersebut memiliki probabilitas transisi proses bisnis konvensional ke proses bisnis hijau secara mandiri sangatlah terbuka lebar.

Selain itu, pelaku usaha menengah dan besar dinilai matang dalam bentuk institusioanalisasi usaha dan kejelasan pengungkapan dalam pelaporan, misal laporan keuangan.

Sebaliknya, jumlah kategori usaha kecil atau UMKM di Indonesia sangatlah besar, namun tidak didukung dengan kapasitas produksi dan finansial yang memadai, apalagi transisi ke dalam praktik-praktik hijau.

Ini merupakan potensi yang wajib dikembangkan, yakni bagaimana mengoptimalisasikan pelaku usaha UMKM yang belum dan akan berkategori hijau (semi hijau) dalam mengembangkan usaha secara berkelanjutan. Nantinya diharapkan memanfaatkan fasilitas kredit atau pembiayaan hijau.

UMKM, terutamanya yang berorientasi hijau, sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi sangat layak diperhitungkan untuk diberdayagunakan.

Selain sifatnya yang padat karya, yakni menampung banyak pekerja sektor informal, UMKM dinilai menjadi penyelamat ekonomi nasional saat terjadi perlambatan ekonomi.

Alasan berikutnya, meskipun dampak pada lingkungan tergolong kecil, namun secara agregat UMKM menyumbang hingga 70 persen polusi industri di negara maju, terlebih di Indonesia di mana jumlah UMKM mendominasi.

Dikombinasikan dengan potensi karakter usahanya yang mendukung kelestarian lingkungan, merupakan keunggulan berganda apabila pemangku kebijakan dapat memaksimalkan potensi UMKM hijau.

Akselerasi kredit hijau

Penulis mengusulkan beberapa perbaikan dengan mengacu pada buku Kajian Model Bisnis Pengembangan UMKM Hijau (2022) yang disusun BI dan IPB University.

Penulis membagi menjadi tiga besaran, yakni perbaikan input, perbaikan proses, perbaikan output, serta perbaikan pendukung UMKM hijau.

Untuk perbaikan input, beberapa hal yang menjadi perhatian adalah pentingnya penggunaan bahan baku atau material mentah yang ramah lingkungan, terlebih apabila bahan baku tersebut memiliki sertifikat ramah lingkungan.

Contohnya, dalam usaha pertanian dikenal bibit organik ramah lingkungan. Pada usaha kriya dikenal kayu eco label, kain baku eco label dst.

Memang, untuk UMKM hijau tahap prematur, bahan-bahan organik atau ramah lingkungan tergolong mahal, maka dibutuhkan kolaborasi pelaku usaha, pemasok, dan pemangku kebijakan dalam pengadaannya.

Untuk perbaikan proses, UMKM hijau masih didominasi dengan penggunaan alat produksi manual, butuh adopsi produksi yang lebih ramah lingkungan, atau setidaknya semi hijau. Mesin produksi dengan energi rendah atau bebas karbon menjadi alternatif solusinya.

Aplikasi teknologi rendah karbon, misal smart farming juga direkomendasikan. Untuk perbaikan output turut diperhatikan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau