Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/06/2024, 15:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Krisis air sangat terkait dengan perubahan iklim, dan setiap negara perlu bekerja sama untuk mengatasinya.

Oleh karena itu, Singapore International Foundation (SIF) bekerja sama dengan World Economic Forum meluncurkan platform regional multi-pemangku kepentingan untuk mengatasi tantangan kritis perubahan iklim, dengan fokus pada isu-isu terkait air.

Southeast Asia Partnership for Adaptation through Water (SEAPAW) adalah platform pertama di kawasan ini yang berfokus pada penguatan ketahanan air sebagai pendekatan untuk adaptasi perubahan iklim.

Baca juga: Kulonprogo Kembangkan Program Konservasi Air Berkelanjutan

SEAPAW akan menggerakkan aksi di antara para pemangku kepentingan untuk mendukung visi bersama, mendorong proyek lintas batas, dan mempercepat pendanaan adaptasi melalui model publik-swasta-filantropi.

Para pemangku kepentingan termasuk mitra edukasi, penyedia solusi, lembaga keuangan dan filantropi, serta pemerintah dan pembuat kebijakan.

SEAPAW akan berfokus pada pengembangan komunitas dan mengidentifikasi proyek-proyek di berbagai bidang utama yang menarik untuk mendorong ketahanan iklim di Asia Tenggara.

Selain itu, SEAPAW pun akan melaporkan kemajuan kawasan dalam mencapai tujuan ketahanan terkait air dan adaptasi iklim, yang akan membantu mengidentifikasi area yang membutuhkan tindakan lebih lanjut.

SEAPAW secara resmi diluncurkan dalam sebuah dialog yang diselenggarakan oleh SIF, World Economic Forum, dan Global Commission on the Economics of Water (GCEW), Senin (24/6/2024).

Baca juga: Eksploitasi Air Tanah: Tantangan dan Peluang Jakarta

Acara ini diadakan bersamaan dengan Singapore International Water Week 2024. Tujuan SEAPAW sejalan dengan seruan GCEW untuk aksi kolektif, mengubah arus dan membangun masa depan air yang berkelanjutan dan adil.

Presiden Republik Singapura Tharman Shanmugaratnam menekankan pentingnya mengelola permintaan untuk penggunaan air yang lebih efisien dan berkelanjutan di setiap sektor di Asia Tenggara.

Mulai dari persawahan hingga manufaktur canggih, dengan menyoroti kerentanan kawasan yang semakin meningkat terhadap kelangkaan air dan dampak perubahan iklim.

“Kabar baiknya adalah solusi untuk masalah air sudah ada dalam jangkauan. Namun, solusi tersebut membutuhkan kemitraan yang lebih berani untuk mendorong investasi, baik dalam teknologi baru maupun solusi yang telah terbukti dan layak secara ekonomi," ujar Tharman.

Baca juga: Cegah Jakarta Tenggelam, Penggunaan Air Tanah Harus Diawasi Ketat

Menurutnya, SEAPAW dapat membantu mempromosikan investasi dalam ketahanan air untuk kepentingan kawasan dan dunia.

Managing Director, Pusat Alam dan Iklim, World Economic Forum Neo Gim Huay menambahkan, strategi iklim yang kokoh harus mencakup strategi air untuk memperkuat ketahanan bisnis dan menjamin kehidupan dan mata pencaharian yang lebih baik.

Menurutnya, sembilan puluh persen dari peristiwa cuaca ekstrem berkaitan dengan air. Jika sumber daya air terlindungi, Negara-negara Asia Tenggara akan lebih mampu mengurangi dan pulih dari bencana terkait iklim.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

LSM/Figur
Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Pemerintah
Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Pemerintah
China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau