KOMPAS.com - Krisis air sangat terkait dengan perubahan iklim, dan setiap negara perlu bekerja sama untuk mengatasinya.
Oleh karena itu, Singapore International Foundation (SIF) bekerja sama dengan World Economic Forum meluncurkan platform regional multi-pemangku kepentingan untuk mengatasi tantangan kritis perubahan iklim, dengan fokus pada isu-isu terkait air.
Southeast Asia Partnership for Adaptation through Water (SEAPAW) adalah platform pertama di kawasan ini yang berfokus pada penguatan ketahanan air sebagai pendekatan untuk adaptasi perubahan iklim.
Baca juga: Kulonprogo Kembangkan Program Konservasi Air Berkelanjutan
SEAPAW akan menggerakkan aksi di antara para pemangku kepentingan untuk mendukung visi bersama, mendorong proyek lintas batas, dan mempercepat pendanaan adaptasi melalui model publik-swasta-filantropi.
Para pemangku kepentingan termasuk mitra edukasi, penyedia solusi, lembaga keuangan dan filantropi, serta pemerintah dan pembuat kebijakan.
SEAPAW akan berfokus pada pengembangan komunitas dan mengidentifikasi proyek-proyek di berbagai bidang utama yang menarik untuk mendorong ketahanan iklim di Asia Tenggara.
Selain itu, SEAPAW pun akan melaporkan kemajuan kawasan dalam mencapai tujuan ketahanan terkait air dan adaptasi iklim, yang akan membantu mengidentifikasi area yang membutuhkan tindakan lebih lanjut.
SEAPAW secara resmi diluncurkan dalam sebuah dialog yang diselenggarakan oleh SIF, World Economic Forum, dan Global Commission on the Economics of Water (GCEW), Senin (24/6/2024).
Baca juga: Eksploitasi Air Tanah: Tantangan dan Peluang Jakarta
Acara ini diadakan bersamaan dengan Singapore International Water Week 2024. Tujuan SEAPAW sejalan dengan seruan GCEW untuk aksi kolektif, mengubah arus dan membangun masa depan air yang berkelanjutan dan adil.
Presiden Republik Singapura Tharman Shanmugaratnam menekankan pentingnya mengelola permintaan untuk penggunaan air yang lebih efisien dan berkelanjutan di setiap sektor di Asia Tenggara.
Mulai dari persawahan hingga manufaktur canggih, dengan menyoroti kerentanan kawasan yang semakin meningkat terhadap kelangkaan air dan dampak perubahan iklim.
“Kabar baiknya adalah solusi untuk masalah air sudah ada dalam jangkauan. Namun, solusi tersebut membutuhkan kemitraan yang lebih berani untuk mendorong investasi, baik dalam teknologi baru maupun solusi yang telah terbukti dan layak secara ekonomi," ujar Tharman.
Baca juga: Cegah Jakarta Tenggelam, Penggunaan Air Tanah Harus Diawasi Ketat
Menurutnya, SEAPAW dapat membantu mempromosikan investasi dalam ketahanan air untuk kepentingan kawasan dan dunia.
Managing Director, Pusat Alam dan Iklim, World Economic Forum Neo Gim Huay menambahkan, strategi iklim yang kokoh harus mencakup strategi air untuk memperkuat ketahanan bisnis dan menjamin kehidupan dan mata pencaharian yang lebih baik.
Menurutnya, sembilan puluh persen dari peristiwa cuaca ekstrem berkaitan dengan air. Jika sumber daya air terlindungi, Negara-negara Asia Tenggara akan lebih mampu mengurangi dan pulih dari bencana terkait iklim.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya