Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terapkan Teknologi Hijau, Terminal Tanjung Sekong Catat BOR 57 Persen

Kompas.com, 29 Juni 2024, 10:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Terminal LPG Tanjung Sekong yang menjadi tulang punggung 40 persen kebutuhan LPG Nasional, dibuat lebih hijau dan berkelanjutan dengan pemasangan teknologi baru.

Terminal yang berada di Cilegon, Banten, ini dikelola oleh PT Pertamina Energy Terminal (PET), anak usaha dari PT Pertamina International Shipping (PIS), Sub Holding Integrated Marine Logistics (SH IML) Pertamina.

Teknologi baru terintegrasi yang digunakan antara lain Terminal Automation System, Digital Integrated Operation System (DIOS), dan pemanfaatan listrik tenaga surya.

Baca juga: Akselerasi Kredit Hijau untuk Ekonomi Berkelanjutan

Direktur Perencanaan Bisnis PIS Eka Suhendra menuturkan, dengan penerapan teknologi baru ini, terminal Tanjung Sekong berhasil menjaga penggunaan dermaga atau Berth Occupancy Ratio (BOR) hingga 57 persen hingga Juni 2024.

"Hal ini mendorong efisiensi waktu kapal bersandar atau Integrated Port Time sebesar 42,5 jam, dengan 284 ship call," ujar Eka, dalam keterangan tertulis, Sabtu (29/6/2024).

Berbagai pencapaian tersebut mendorong tingkat throughput sebesar 1,28 Metric Ton atau 11 persen lebih tinggi dari target di Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP).

Eka menjelaskan, berbagai investasi teknologi ini merupakan upaya menyediakan layanan yang lebih terintegrasi, mulai dari jasa marine hingga logistik. Sehingga aktivitas bisnis lebih fokus dan bisa memberikan solusi yang maksimal untuk seluruh supply chain.

Direktur Utama PET Bayu Prostiyono menjelaskan, pionir green terminal, Terminal LPG Tanjung Sekong telah menetapkan protokol keselamatan yang ketat, teknologi terbaru, dan melaksanakan berbagai inisiatif ramah lingkungan.

Baca juga: Kanopi Hijau Indonesia: Batu Bara Penyebab Kisis Iklim Perlu Masuk Kurikulum

Hal ini sesuai standar internasional, sebagai bukti komitmen SH IML dan Pertamina terhadap pembangunan berkelanjutan dan Net Zero Emission 2060 di Indonesia. 

Berbagai inisiatif ini, jelas Bayu, berhasil membantu reduksi jejak karbon terminal sebesar 16,61 ton CO 2 sepanjang tahun 2023 atau setara dengan reduksi ~97,5 tCO 2 e/tahun.

PET juga tercatat melakukan berbagai inisiatif lingkungan seperti memasang solar cell atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya hingga kegiatan Konservasi Badak di Taman Nasional Ujung Kulon.

Terminal yang beroperasi sejak 2012 ini, memiliki area dengan luas mencapai 12,9 hektar dan memiliki kapasitas penyimpanan sebesar 98.000 Metric Tons (MT) atau 196.000 Cubic Meters (CBM).

Pada 2020 lalu, Terminal LPG Tanjung Sekong telah ditingkatkan menjadi Terminal LPG Refrigerated yang memiliki tiga dermaga dan bisa menampung kapal-kapal berukuran antara 3.500 hingga 65.000 DWT, guna memudahkan operasi impor dan ekspor LPG secara efisien.

Terminal ini juga menggunakan sistem untuk mengontrol percepatan flow rate, sehingga proses bongkar-muat bisa dilakukan secara lebih cepat dan lebih efisien.

Baca juga: Di Depan Negara-negara PBB, Sandiaga Bicara Pariwisata Hijau dan Biru

Demi keamanan, terminal juga telah dilengkapi Camera Vapor Leak Detection guna mendeteksi kebocoran gas secara dini serta Electric Lighting Protection System untuk menangkal petir dan cuaca buruk.

Terminal LPG Tanjung Sekong menjadi satu dari enam terminal energi strategis yang dikelola oleh PIS melalui PET.

PET mengelola beberapa terminal utama di seluruh Indonesia, termasuk Integrated Terminal Tanjung Uban (Kepulauan Riau), Fuel Terminal Pulau Sambu (Kepulauan Riau), Fuel Terminal Kotabaru (Kalimantan Selatan), Fuel Terminal Baubau (Sulawesi Tenggara), dan Terminal LPG Refrigerated Tuban (Jawa Timur).

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Panel Surya Terapung Menjanjikan, tapi Dampak Lingkungannya Dipertanyakan
Panel Surya Terapung Menjanjikan, tapi Dampak Lingkungannya Dipertanyakan
Pemerintah
Wujudkan Bisnis Berkelanjutan, Perusahaan Asia Tenggara Borong Penghargaan ESG 2025
Wujudkan Bisnis Berkelanjutan, Perusahaan Asia Tenggara Borong Penghargaan ESG 2025
BrandzView
Prabowo Bagikan Panel Interaktif Digital ke 288 Ribu Sekolah untuk Pemerataan Pendidikan
Prabowo Bagikan Panel Interaktif Digital ke 288 Ribu Sekolah untuk Pemerataan Pendidikan
Pemerintah
KSP: Teknologi Waste to Energy RI Terlambat 20 Tahun
KSP: Teknologi Waste to Energy RI Terlambat 20 Tahun
Pemerintah
Emisi Metana Terus Meningkat, Tapi PBB Prediksi Penurunan Segera
Emisi Metana Terus Meningkat, Tapi PBB Prediksi Penurunan Segera
Pemerintah
Kebijakan Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim RI Dinilai Belum Peduli Kelompok Paling Rentan
Kebijakan Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim RI Dinilai Belum Peduli Kelompok Paling Rentan
LSM/Figur
Pemerintah Bakal Bangun SPKLU di Desa untuk Perluas Penggunaan EV
Pemerintah Bakal Bangun SPKLU di Desa untuk Perluas Penggunaan EV
Pemerintah
Rencana Buka 600.000 Ha Lahan Sawit Baru, Solusi atau Kemunduran?
Rencana Buka 600.000 Ha Lahan Sawit Baru, Solusi atau Kemunduran?
LSM/Figur
Greenpeace: Komitmen Iklim Anggota G20 Tak Ambisius
Greenpeace: Komitmen Iklim Anggota G20 Tak Ambisius
LSM/Figur
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
Pemerintah
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
Pemerintah
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Swasta
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
Pemerintah
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Pemerintah
Skandal Sawit Kalteng: 108 Perusahaan Masuk Kawasan Hutan, Ogah Bangun Kebun Plasma
Skandal Sawit Kalteng: 108 Perusahaan Masuk Kawasan Hutan, Ogah Bangun Kebun Plasma
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau