Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/07/2024, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Perusahaan rintisan asal Ukraina, Releaf Paper, berhasil membuat kertas tanpa menebang pohon. Sebagai gantinya, perusahaan menyulap dedaunan sebagai bahan bakunya.

Untuk diketahui, kertas membutuhkan kayu dari pohon sebagai bahan bakunya. Berdasarkan laporan, industri kertas membeli 30 persen lebih dari seluruh kayu industri yang dijual di seluruh dunia.

Salah satu pendiri Releaf Paper Valentyn Frechka mengatakan, perusahaannya membuat terobosan berupa cara baru membuat selulosa, bahan utama kertas, dari dedaunan mati.

Baca juga: Gelas Kertas Ramah Lingkungan Indonesia Dukung The RunCzech Marathon

Menggunakan kombinasi proses kimia dan mekanis, Releaf Paper yang kini berbasis di Perancis menghasilkan 1 ton selulosa dari 2,3 ton daun mati.

Dengan jumlah selulosa yang sama, biasanya dibutuhkan 17 pohon, sebagaimana dilansir Euronews, Minggu (23/6/2024).

Dedaunan tersebut didapatkan Releaf Paper dari jalanan di berbagai kota di Eropa.

"Kami hanya menggunakan dedaunan yang kami peroleh dari kota karena kami tidak bisa memanfaatkan dedaunan dari hutan. Tidak mudah mengumpulkannya di hutan, dan tidak perlu karena ada ekosistemnya," kata Frechka.

Dengan mengumpulkan dedaunan dari kota, Frechka menuturkan cara tersebut menjadi solusi yang baik karena turut menjaga keseimbangan lingkungan.

"Kami mendapatkan serat untuk membuat kertas dan mengembalikan lignin (zat kayu) sebagai semi-pupuk bagi kota untuk menyuburkan kebun atau pepohonan. Jadi ini seperti model win-win," jelas Frechka.

Baca juga: Pertama di Indonesia, 1,3 Ton Uang Kertas Digunakan untuk Bahan Bakar CPO

Cara kerja

Proses pembuatan kertas dari daun yang dilakukan melibatkan penghilangan senyawa padat dari daun, mengeringkannya, lalu mengubahnya menjadi pelet.

Hal ini memungkinkan mereka untuk menyimpan bahan mentah sepanjang tahun dan memastikan siklus produksi yang berkelanjutan.

Pelet tersebut kemudian diubah menjadi serat khusus yang menjadi bahan dasar kertas, kemudian dapat diubah menjadi lembaran kertas.

Releaf Paper memperkirakan, prosesnya mengeluarkan emisi karbon 78 persen lebih sedikit dibandingkan produksi tradisional dan menggunakan air 15 kali lebih sedikit.

"Kertas berbahan dasar daun terdegradasi di dalam tanah dalam waktu 30 hari, sedangkan masa degradasi kertas biasa adalah 270 hari atau lebih," kata Releaf Paper.

Menurut World Wide Fund for Nature (WWF) industri kertas menyumbang 13-15 persen dari total konsumsi kayu dan menggunakan 33-40 persen dari seluruh kayu industri yang dijual di seluruh dunia.

Baca juga: Gandeng Milenial Indonesia Menanam, PT GNI Targetkan 1 Juta Penamanan Pohon di Area Smelter

Penjualan

Perusahaan ini menjual kertas dengan ukuran mulai dari 70 hingga 300 gram per meter persegi yang cocok untuk berbagai kegunaan mulai dari kertas kemasan hingga kemasan karton.

Startup ini juga memproduksi sekitar 3 juta tas belanja setiap bulan. Pelanggannya berasal dari merek-merek ternama seperti L’Oreal, Samsung, LVMH, Logitech, Google, dan Schneider Electric.

Frechka berencana membuka pabrik komersial pertamanya di luar Paris pada Juli dan berharap pada akhirnya memiliki pabrik produksi di seluruh dunia.

Dengan kapasitas memproses 5.000 ton daun per tahun, lokasi pertama, yang sebagian dibiayai oleh Uni Eropa, akan menerima limbah ramah lingkungan dari Kota Paris.

Baca juga: Tiap Tahun, Seluruh DPD REI Komitmen Tanam hingga 300.000 Pohon

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau