KOMPAS.com - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Hafizt mengatakan, pendataan padang lamun nasional membutuhkan kolaborasi pemangku kepentingan.
Pasalnya, ekosistem padang lamun berperan penting dalam perkembangan ekonomi biru.
"Kolaboratif data itu seperti ini, data itu saya yakin di daerah itu mengambil, apalagi di universitas ada dari skripsi, dari tesis dan disertasi, tersebar. Jadi entah mungkin dihimpun oleh wali data," kata Hafizt dalam diskusi daring, Rabu (17/7/2024), sebagaimana dilansir Antara.
Baca juga: Padang Lamun akan Dimasukkan Komitmen Penurunan Emisi NDC
Dia menjelaskan wali data berperan mengumpulkan data yang tersebar dari pemerintah daerah, lembaga di luar pemerintah, universitas, asosiasi, pusat data padang lamun global, dan berbagai proyek terkait dengan ekosistem perairan itu.
Kolaborasi pendataan dapat membangun model empiris untuk data padang lamun nasional demi menghasilkan estimasi lebih akurat terkait dengan kondisi, terutama untuk mendukung penghitungan potensi penyimpanan karbon.
Saat ini, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi terkait dengan pengumpulan data.
Misalnya, kelengkapan informasi yang dibutuhkan untuk menghitung potensi karbon di ekosistem padang lamun, baik di atas permukaan (above ground) maupun di bawah tanah (underground ground).
Baca juga: Jaga Padang Lamun Penting untuk Konservasi Dugong
"Kalau kita bicara estimasi karbon skala nasional, berarti paling ideal kita butuh informasi above ground carbon, underground carbon di setiap titik. Bagaimana kalau tidak punya sampel? Salah satu solusinya dengan memprediksi dari parameter lain misalnya dari persentase kaver," ujar Hafizt.
Dia menyampaikan, kelengkapan itu juga dibutuhkan karena masing-masing ekosistem padang lamun di Indonesia memiliki struktur varietas yang beragam, mengingat terdapat 12 spesies lamun di Nusantara.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia berencana memasukkan ekosistem padang lamun dalam dokumen iklim Nationally Determined Contribution (NDC) Kedua menjelang Konferensi Iklim PBB COP29 di Azerbaijan.
Hal itu mengingat potensi yang dimiliki ekosistem pesisir dalam upaya mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) nasional, termasuk kemampuan mangrove dan padang lamun untuk menyimpan dan menyerap karbon.
Baca juga: Pemetaan Lamun dan Pengurangan Emisi Karbon
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya