Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MDKA Transisi Energi Terbarukan Berkala di Lokasi Operasional

Kompas.com - 26/07/2024, 11:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan tambang lokal, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan berbagai unit usahanya berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebagai dampak dari operasional perusahaan. 

Grup Merdeka lewat anak perusahaan PT Bumi Suksesindo (PT BSI) yang mengelola operasi Tambang Tujuh Bukit di Banyuwangi, Jawa Timur, misalnya, telah melakukan inisitiatif substitusi dan efisiensi energi.

Operasional di lokasi tersebut menggunakan listrik dari sumber energi terbarukan (EBT) dan penggunaan biosolar B35 untuk alat berat tambang.

Direktur PT Bumi Suksesindo, Cahyono Seto mengatakan, pihaknya berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) demi mencapai target nol emisi atau Net Zero Emission (NZE) sejalan dengan Pemerintah Indonesia pada 2060. 

Baca juga: Investasi Energi Terbarukan Stagnan, Pemerintah Perlu Ringkas Prosedur

"Beberapa lokasi tambang, kita mulai mengubah sumber energi dari batubara untuk listrik. Kita ubah jadi energi terbarukan seperti solar cell, hydropower, wind, dan lainnya. Dalam lima tahun ke depan akan kita ubah secara bertahap," ujar Seto saat ditemui dalam agenda penanaman mangrove di Taman Wisata Alam (TWA) Angke, Jakarta, Kamis (25/7/2024).

Ia menyampaikan, strategi Grup Merdeka menuju NZE adalah dengan melakukan substitusi dan efisiensi energi, reklamasi lahan operasi tambang, rehabilitasi lahan, penghematan bahan bakar, hingga penanaman pohon dan mangrove.

Upaya tersebut dilakukan secara bertahap di empat lokasi tambang Grup Merdeka di Indonesia. Seperti tambang di Banyuwangi, Jawa Timur; Pulau Wetar, Maluku; Pohuwatu, Gorontalo; dan Morowali serta Konawe, Sulawesi Tengah. 

"Sekarang yang sudah hampir 100 persen (energi baru terbarukan atau EBT) di Banyuwangi ya, Tambang Emas Tujuh Bukit," imbuhnya. 

Energi terbarukan yang dipasok ke operasi Tambang Tujuh Bukit berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, Jawa Barat. Penggunaan energi terbarukan oleh PT BSI mengurangi emisi Gas Rumah Kaca Lingkup 2 hingga 100 persen pada operasi tambang ini.

Perkuat komitmen ESG

Direktur PT Bumi Suksesindo, Cahyono Seto, saat temu media jelang penanaman 1.000 bibit mangrove di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, Jakarta, Kamis (25/7/2024). KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Direktur PT Bumi Suksesindo, Cahyono Seto, saat temu media jelang penanaman 1.000 bibit mangrove di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, Jakarta, Kamis (25/7/2024).

Sementara itu, ia menambahkan, Tambang Tembaga Wetar di Sulawesi tengah mengkaji penggunaan solar panel untuk menggantikan penggunaan genset untuk mendukung kegiatan operasinya.

"Sulawesi juga, PLTA. Kami harapkan lima tahun sudah full (menggunakan energi terbarukan)," ujarnya. 

Ia menjelaskan, Grup Merdeka telah menerbitkan Komitmen Nol Bersih yang didukung oleh GHG Emissions Reduction Roadmap, yang menargetkan pengurangan intensitas emisi sebesar 50 persen untuk produk tembaga dan emas, serta 29 persen untuk produk asam.

Baca juga: Transisi Energi Berkeadilan di RI Butuh Konteks dan Konsep yang Jelas

Pada 2023, pihaknya juga mulai menggunakan platform penghitungan emisi TruCount untuk mengukur, memantau, mengelola, dan melaporkan emisi GRK.

Platform TruCount dibangun berdasarkan dua standar yang sudah diakui secara global, yaitu Greenhouse Gas Protocol dan ISO 14064-1:2018. Hal ini memastikan akurasi penghitungan GHG Merdeka dan kepatuhan terhadap standar internasional.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Peralihan Musim, BMKG Prediksi Hujan Landa Sejumlah Daerah 3 Hari ke Depan
Peralihan Musim, BMKG Prediksi Hujan Landa Sejumlah Daerah 3 Hari ke Depan
Pemerintah
14 Perusahaan Bertanggung Jawab Atas Sepertiga Pemanasan Global
14 Perusahaan Bertanggung Jawab Atas Sepertiga Pemanasan Global
Pemerintah
Reklamasi Pasca-Tambang Hanya Simbolis, Menteri LH Soroti Hilangnya Biodiversitas
Reklamasi Pasca-Tambang Hanya Simbolis, Menteri LH Soroti Hilangnya Biodiversitas
Pemerintah
Perubahan Iklim, Makluk Laut yang Tak Kasat Mata Pun Terancam
Perubahan Iklim, Makluk Laut yang Tak Kasat Mata Pun Terancam
LSM/Figur
UE Patok Target Limbah Pangan dan Skema Baru Daur Ulang Tekstil
UE Patok Target Limbah Pangan dan Skema Baru Daur Ulang Tekstil
Pemerintah
Aksi Iklim Sederhana dan Berbiaya Rendah Bisa Selamatkan 725.000 Jiwa per Tahun
Aksi Iklim Sederhana dan Berbiaya Rendah Bisa Selamatkan 725.000 Jiwa per Tahun
Pemerintah
Tekan Polusi Udara di Jakarta, DLH Semprotkan 4.000 Liter 'Water Mist'
Tekan Polusi Udara di Jakarta, DLH Semprotkan 4.000 Liter "Water Mist"
Pemerintah
Menteri LH: Stop Slogan Sampah Berkah, Itu Masalah Besar yang Harus Diselesaikan
Menteri LH: Stop Slogan Sampah Berkah, Itu Masalah Besar yang Harus Diselesaikan
Pemerintah
Metana Jadi Berkah, Kisah Suami Istri Balikpapan Hidup dari Sampah
Metana Jadi Berkah, Kisah Suami Istri Balikpapan Hidup dari Sampah
Swasta
Menteri LH Rindukan Langit Biru Jakarta Seperti saat Covid-19
Menteri LH Rindukan Langit Biru Jakarta Seperti saat Covid-19
Pemerintah
Survei Tunjukkan Pembeli Korporat akan Pilih Pemasok Berkelanjutan
Survei Tunjukkan Pembeli Korporat akan Pilih Pemasok Berkelanjutan
Swasta
Ditunjuk Jadi Wamenhut, Rohmat Marzuki Akui Belum Ada Pesan Khusus Presiden
Ditunjuk Jadi Wamenhut, Rohmat Marzuki Akui Belum Ada Pesan Khusus Presiden
Pemerintah
Gantikan Sulaiman Umar, Rohmat Marzuki Resmi Jabat Wakil Menteri Kehutanan
Gantikan Sulaiman Umar, Rohmat Marzuki Resmi Jabat Wakil Menteri Kehutanan
Pemerintah
Stop Lagi Ekspor Benih Lobster, Indonesia Tak Mau Jadi Pemasok Murah
Stop Lagi Ekspor Benih Lobster, Indonesia Tak Mau Jadi Pemasok Murah
Pemerintah
Karhutla, KLH Awasi Praktik 38 Perusahaan
Karhutla, KLH Awasi Praktik 38 Perusahaan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau