Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembangan Potensi Sawit Masih Terkendala Teknologi dan Isu Lingkungan

Kompas.com - 19/08/2024, 15:28 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Industri sawit berpotensi besar menjadi energi hijau yang berkelanjutan dan berkeadilan. Namun, praktiknya di Indonesia masih menemui sejumlah tantangan. 

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian RI, Prayudi Syamsuri menyampaikan persoalan tata kelola, tantangan, dan kebijakan strategis sawit.

Adapun tantangan tersebut, menurutnya, berada di hilir dan begitu kuat pada pengambil kebijakan.

“Teknik-teknik perdagangan yang luar biasa dihadapi oleh kelapa sawit, di antaranya gangguan usaha dan konflik, baik di lingkup pemerintahan pusat sampai pemerintahan daerah,” ujar Prayudi pekan lalu. 

Terkait legalitas dan perizinan, sampai saat ini tim satgas terus bergerak untuk percepatan hak guna usaha (HGU) bagi perusahaan-perusahaan yang belum memilikinya. Hal tersebut dilakukan pemerintah untuk melakukan penatakelolaan yang lebih baik.

Baca juga:

Sementara, Kepala Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (OR HL), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Handy Chandra, menyampaikan bahwa potensi sawit sangat besar.

Tanaman ini pertama kali ditanam secara komersial pada tahun 1911 di Pulau Raja dan Sei Liput seluas 2.600 hektar, kini luasnya bertambah menjadi 16,3 juta hektar. Namun, ada sejumlah tantangan. 

“Tantangan yang ada dalam industri kelapa sawit adalah produktivitas, kualitas, dan keberlanjutan," ujar Handy, dikutip dari laman resmi. 

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya fokus pada limbah sawit, yang dapat menimbulkan masalah lingkungan. Menurutnya, limbah biomassa sawit bisa dimanfaatkan untuk pertanian, lahan terdegradasi, dan juga kembali ke lahan sawit itu sendiri. 

“BRIN terus mengembangkan inovasi dan invensi dalam pemanfaatan limbah industri kelapa sawit yaitu biomasa kembali ke lahan sawit dan lahan terdegradasi, dimanfaatkan untuk mendukung industri lainnya,” terang dia.

Tantangan SDM dan teknologi

Pembina industri dari Kementerian Perindustrian, Ratih Pratiwi, mengungkapkan tantangan pengembangan industri kecil menengah (IKM) berbasis produk sawit antara lain ketersediaan bahan baku pada lahan yang produktivitasnya menurun, dan ketelusuran bahan baku pangan masih rendah.

Baca juga: Minyak Sawit Bisa Jadi Energi Gantikan Bahan Bakar Fosil

Selain itu, menurut Ratih, pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) dalam IKM pangan masih perlu diperkuat. Ia menilai, penguatan kompetensi SDM sangat penting dilakukan. 

“Tantangan lainnya yakni masih kurangnya penerapan standardisasi dan sistem keamanan pangan. Di Indonesia juga masih banyak IKM pengolahan pangan yang tidak memiliki bangunan,” ungkapnya.

Kemudian, sarana dan peralatan produksi yang kurang menunjang, menyebabkan spesifikasi produk akhir tidak konsisten.

“Diperlukan pedoman yang mengatur pengolahan agar aman, bermutu, dan layak dikonsumsi, serta kebutuhan teknologi dan permesinan. Sebab, teknologi dan permesinan masih sederhana dalam penerapan pembuatan olahan produk,” pungkas Ratih.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Swasta
Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Pemerintah
20 Perusahaan Global Paling 'Sustain' Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

20 Perusahaan Global Paling "Sustain" Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

Swasta
Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

LSM/Figur
Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

LSM/Figur
Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Swasta
Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Pemerintah
Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Pemerintah
Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

LSM/Figur
Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Pemerintah
 PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

Swasta
Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Swasta
5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

Swasta
Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

BUMN
Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau