Program tersebut mendorong setiap wilayah mengembangkan modal sumber daya manusia, fisik, sosial, dan finansial untuk mendukung pembangunan wilayah berkelanjutan. Dengan demikian, wilayah itu dapat menjadi Kampung Berdaya.
“Ranah Klaster Berdaya di tingkat keluarga dilakukan dengan intervensi program untuk dipantau perkembangan kesejahteraan masyarakat dari berbagai aspek, meliputi ekonomi, kesehatan, dan pendidikan untuk mencapai tingkat kualitas hidup yang lebih baik," ujar Tomy.
Peran pemuda sebagai level terkecil dalam Kampung Berdaya, lanjut Tomy, sangatlah penting. Pasalnya, inisiatif mereka akan menentukan keberlanjutan program.
Para pemuda dibina untuk mengenali dan mengembangkan potensi lokal serta menjadi aktor kunci dalam perencanaan dan pengorganisasian kegiatan kemasyarakatan. Mereka juga didorong untuk berkomunitas serta menjaga keberlanjutan di wilayah masing-masing.
Tomy menilai, kunci pemberdayaan berkelanjutan di lingkungan masyarakat adalah keterlibatan aktor-aktor lokal. Oleh karena itu, berbagai pihak sudah seharusnya memberikan dukungan kepada mereka.
“Aktor lokal paling cepat membantu wilayah mereka dalam mengatasi masalah. Kami hadir untuk mendukung dan mendampingi agar mereka jauh lebih kuat," paparnya.
Pada kesempatan tersebut, Tomy juga berterima kasih kepada pihak yang telah mendukung aktivitas program berkelanjutan, baik individu maupun mitra institusi dari dalam dan luar negeri. Ia juga berterima kasih kepada aktor lokal Human Initiative yang menjadi ujung tombak penyelenggaraan program hingga sampai kepada masyarakat.
Human Initiative, lanjutnya, merupakan lembaga kemanusiaan yang punya tanggung jawab untuk memastikan setiap amanah dapat terwujud sesuai harapan.
“Untuk itu, kami berkomitmen menjadi inspirasi bagi kampung-kampung para lokal aktor. Hari ini, kami menginspirasi Indonesia dan akan menginspirasi dunia pada tiga hingga lima tahun ke depan," tutur Tomy.
Haerul Warid merupakan salah satu pemuda berdaya dari Desa Kekait, Dusun Batu Butir, Kabupaten Lombok Barat, NTB. Ia telah berhasil menekuni usaha gula semut dengan nama Kekait Palm Sugar.
"Saya di sini selaku fasilitator Human Initiative sebagai penggerak utama dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Kekait yang bertani gula aren," kata Haerul.
Haerul menceritakan, sebelum ada pendampingan, petani di Desa Kekait hanya membuat gula merah biasa atau gula batangan yang penjualan terbatas di pasar tradisional.
Ia pun mendapatkan pendampingan dari Human Initiative dengan program Bangun Industri Desa (BID) gula semut pada 2018.
Baca juga: Konsisten Berdayakan Peternak Sapi, Human Initiative Torehkan Jejak Manis di NTT
Human Initiative bersama Haerul Warid berhasil meningkatkan keterampilan para petani untuk memproduksi gula semut aren dan gula briket yang memiliki nilai jual lebih tinggi serta pasar lebih luas hingga ke luar daerah.
Haerul mengatakan, kini produksi gula semut dari Desa Kekait sudah bisa dipasarkan hingga Bogor.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya