Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bumi Memanas, Daun di Hutan Tropis Bisa Gagal Berfotosintesis

Kompas.com, 22 Agustus 2024, 07:42 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seperti halnya manusia, daun juga memiliki batas toleransi terhadap panas. Hal ini terlihat dari sebuah studi yang menunjukkan beberapa daun di hutan tropis gagal berfotosintesis akibat bumi terus menghangat.

Seperti dikutip dari Science News, Rabu (21/8/2024) para ilmuwan pertama kali melaporkan ambang batas daun dapat bertahan hidup pada tahun 1864.

Saat itu ilmuwan melaporkan ambang batas daun mampu bertahan adalah hingga 50 derajat Celcius, setelah melewati batas tersebut maka daun akan mati.

Lebih dari 150 tahun kemudian, peneliti membuat temuan serupa. Pada tahun 2021, sebuah studi terhadap 147 spesies pohon tropis melaporkan bahwa suhu rata-rata yang menyebabkan fotosintesis gagal adalah 46,7 derajat Celcius.

Sekarang, di bagian atas kanopi hutan tropis, sekitar 1 dari setiap 10.000 daun mengalami paparan suhu panas setidaknya sekali setahun yang membuatnya terlalu tingi untuk berfotosintesis.

Baca juga: Daun Kelor Bisa Tekan Angka Balita Stunting dan Anemia

Jumlah tersebut mungkin tampak sedikit, tetapi kerusakan fotosintesis dapat membahayakan seluruh hutan jika perubahan iklim tidak dihentikan.

Menurut simulasi, peningkatan suhu di hutan tropis sekitar 4 derajat Celcius di atas suhu saat berpotensi menyebabkan banyak daun mati secara massal. Namun, para peneliti mengakui bahwa prediksi tersebut disertai ketidakpastian.

Ambang Batas untuk Fotosintesis

Untuk mengetahui apakah hutan tropis mendekati ambang batas tersebut, ahli ekologi Northern Arizona University di Flagstaff Christopher Doughty, bersama rekan-rekannya menggunakan alat pengumpul data, ECOSTRESS.

ECOSTRESS merupakan sensor termal di Stasiun Luar Angkasa Internasional, yang menangkap suhu vegetasi di permukaan Bumi dalam piksel 70 meter.

Alat tersebut mencakup juga instrumen yang dipasang di hutan Amazon, yang dipasang setinggi 64 meter di menara, serta sekumpulan sensor yang ditempelkan di bagian bawah daun di Brasil, Puerto Riko, Panama, dan Australia.

Analisis tersebut mengungkap mosaik suhu di kanopi hutan. Selama periode ketika hutan panas dan tanahnya kering, suhu di seluruh kanopi dapat mencapai puncak rata-rata 34 derajat Celcius. Namun ada variabilitas, beberapa wilayah melebihi 40 derajat Celcius.

Baca juga: Pemanasan Global: Venezuela Kehilangan Gletser Terakhirnya

Para peneliti juga menganalisis data dari eksperimen pemanasan daun di Brasil, Puerto Riko, dan Australia.

Eksperimen ini menunjukkan bahwa setiap derajat pemanasan, memiliki dampak yang tidak proporsional pada suhu daun.

Misalnya, ketika daun Amazon mengalami pemanasan tambahan sekitar 2 derajat Celcius, suhu daun maksimum meningkat dari 42,8 derajat menjadi 50,9 derajat Celcius.

Data mengungkapkan pula sebagian besar hutan dapat bertahan jika ada penamabahan suhu 4 derajat Celcius di atas tingkat saat ini. Namun di atas itu, pohon-pohon akan menggugurkan semua daunnya dan berpotensi mati.

Dalam skenario terburuk, pertambahan pemanasan itu mungkin terjadi pada tahun 2100 di mana emisi gas rumah kaca terus meningkat sepanjang abad.

Di antara hutan-hutan tropis, Amazon mungkin paling rentan. Ada lebih banyak pohon yang di sana daripada 10 hingga 20 tahun yang lalu. Ini bisa jadi karena suhu sedikit lebih panas di Amazon.

Namun, masih banyak ketidakpastian. Itu sebagian karena kemampuan adaptif spesies pohon yang berbeda dan bagaimana kematian daun individu memengaruhi kematian pohon belum dipahami dengan baik.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menteri LH Sebut Gelondongan Kayu Terseret Banjir Sumatera Bisa Dimanfaatkan
Menteri LH Sebut Gelondongan Kayu Terseret Banjir Sumatera Bisa Dimanfaatkan
Pemerintah
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
LSM/Figur
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Pemerintah
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
Pemerintah
Drone Berperan untuk Pantau Gajah Liar Tanpa Ganggu Habitatnya
Drone Berperan untuk Pantau Gajah Liar Tanpa Ganggu Habitatnya
Swasta
6 Kukang Sumatera Dilepasliar di Lampung Tengah
6 Kukang Sumatera Dilepasliar di Lampung Tengah
Pemerintah
RI dan UE Gelar Kampanye Bersama Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak
RI dan UE Gelar Kampanye Bersama Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak
Pemerintah
UNCTAD Peringatkan Sistem Perdagangan Dunia Rentan Terhadap Risiko Iklim
UNCTAD Peringatkan Sistem Perdagangan Dunia Rentan Terhadap Risiko Iklim
Pemerintah
Tak Perbaiki Tata Kelola Sampah, 87 Kabupaten Kota Terancam Pidana
Tak Perbaiki Tata Kelola Sampah, 87 Kabupaten Kota Terancam Pidana
Pemerintah
Bencana di Sumatera, Menteri LH Akui Tak Bisa Rutin Pantau Jutaan Unit Usaha
Bencana di Sumatera, Menteri LH Akui Tak Bisa Rutin Pantau Jutaan Unit Usaha
Pemerintah
DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan
DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan
LSM/Figur
KLH Periksa 8 Perusahaan terkait Banjir Sumatera, Operasional 4 Perusahaan Dihentikan
KLH Periksa 8 Perusahaan terkait Banjir Sumatera, Operasional 4 Perusahaan Dihentikan
Pemerintah
TN Way Kambas Sambut Kelahiran Bayi Gajah Betina, Berat 64 Kilogram
TN Way Kambas Sambut Kelahiran Bayi Gajah Betina, Berat 64 Kilogram
LSM/Figur
Menteri LH Sebut Kayu Banjir Bukan dari Hulu Batang Toru
Menteri LH Sebut Kayu Banjir Bukan dari Hulu Batang Toru
Pemerintah
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau