Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Tahun Usai Perjanjian Paris, Transisi Energi Terganjal Kesenjangan Teknologi

Kompas.com - 02/09/2024, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sembilan tahun sejak Perjanjian Paris ditandatangani pada 2015, dunia masih kesulitan bertransisi dari energi fosil ke energi terbarukan.

Padahal, transisi energi menjadi upaya penting dalam mengurnagi emisi gas rumah kaca (GRK) guna melawan perubahan iklim dan mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius.

Salah satu kendala dalam merealisasikan transisi energi secara menyeluruh dan meninggalkan ketergantungan dari energi fosil adalah kesenjangan teknologi.

Baca juga: Tantangan Energi Terbarukan di Perikanan, Kurangnya Pemahaman Nelayan

Hal tersebut mengemuka dalam laporan terbaru McKinsey & Company berjudul The energy transition: Where are we, really? yang dirilis 27 Agustus 2024.

Laporan ini menyebutkan, kesenjangan antara apa yang dibutuhkan dan apa yang telah dicapai dalam penerapan teknologi rendah emisi masih sangat besar.

Sejauh ini, penerapan teknologi rendah emisi secara global baru mencapai 10 persen dari yang diperlukan untuk mencapai net zero emission pada 2050.

Untuk menutup kesenjangan tersebut, diperlukan pembangunan sistem energi baru yang berkinerja tinggi agar sesuai atau melampaui sistem yang ada saat ini.

"Hal tersebut memerlukan pengembangan dan penerapan teknologi rendah emisi baru, beserta rantai pasokan dan infrastruktur yang sama sekali baru untuk mendukungnya," tulis laporan tersebut.

Baca juga: Sambut Jutaan Lapangan Kerja Era Transisi Energi, SDM Perlu Disiapkan

Sejumlah tantangan fisik perlu diatasi untuk mengubah sistem energi. Selain itu, hal tersebut memerlukan tindakan bersama untuk mengatasinya.

Laporan McKinsey lain berjudul The Hard Stuff: Navigating the physical reality of the energy transition telah mengidentifikasi 25 tantangan fisik di tujuh domain sistem energi yang perlu ditangani agar transisi energi berhasil.

Mengatasi tantangan fisik juga perlu melibatkan peningkatan kinerja teknologi rendah emisi dan mengatasi saling ketergantungan antara berbagai tantangan.

Laporan tersebut juga mendorong teknologi yang belum memiliki rekam jejak yang kuat.

"Dan untuk mengatasi tantangan fisik ini, investasi perusahaan yang signifikan dalam teknologi rendah emisi perlu dibuka," tambah laporan tersebut.

Baca juga: Tagihan Energi Inggris Melonjak, Risiko Kemiskinan Warga Meningkat

Penerjemahan target iklim yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan perusahaan dalam aksinya kini bergantung pada percepatan penerapan dan adopsi beberapa teknologi yang saling terkait.

Contoh-contoh teknologi tersebut mencakup energi terbarukan, teknologi elektrifikasi seperti kendaraan listrik, dan pompa panas.

Laporan tersebut juga menyoroti teknologi yang relatif kurang matang seperti penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS), hidrogen hijau, hidrogen dan biru, dan bahan bakar berkelanjutan.

Teknologi-teknologi tersebu dianggap menjadi upaya untuk mengurangi emisi GRK dalam semua skenario energi McKinsey.

Baca juga: Pembangkit Energi Angin dalam Tahap Pengembangan di Kota Ambon

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tingkatkan Akses Air Bersih, Germany Brilliant Renovasi Fasilitas Sanitary Masjid Atta’awun
Tingkatkan Akses Air Bersih, Germany Brilliant Renovasi Fasilitas Sanitary Masjid Atta’awun
Swasta
Perubahan Iklim Pangkas Panen Global Meski Petani Sudah Beradaptasi
Perubahan Iklim Pangkas Panen Global Meski Petani Sudah Beradaptasi
LSM/Figur
Cuma 4 dari 30 Perusahaan Tuna Laporkan Tangkapan, Bahayakan Keberlanjutan
Cuma 4 dari 30 Perusahaan Tuna Laporkan Tangkapan, Bahayakan Keberlanjutan
LSM/Figur
Isu Emisi Karbon Tenggelam
Isu Emisi Karbon Tenggelam
Pemerintah
Lahan Bekas Tambang Solusi Pembiayaan Pembangunan PLTS
Lahan Bekas Tambang Solusi Pembiayaan Pembangunan PLTS
LSM/Figur
Viral Busa Muncul di Kanal Banjir Timur Jakut, DLH DKI Cek Sampel Air
Viral Busa Muncul di Kanal Banjir Timur Jakut, DLH DKI Cek Sampel Air
Pemerintah
Bioteknologi Kurangi Emisi Pertanian, Selamatkan 231 Juta Hektar Lahan
Bioteknologi Kurangi Emisi Pertanian, Selamatkan 231 Juta Hektar Lahan
LSM/Figur
Terancam Punah, Kakatua Jambul Kuning Pulau Moyo Dipantau dengan Camera Trap
Terancam Punah, Kakatua Jambul Kuning Pulau Moyo Dipantau dengan Camera Trap
Pemerintah
Mengurai Jejak Pohon, Begini Kiprah 2 Perempuan Peneliti di Garis Depan Forensik Kayu Indonesia
Mengurai Jejak Pohon, Begini Kiprah 2 Perempuan Peneliti di Garis Depan Forensik Kayu Indonesia
LSM/Figur
Petani NTB Ungkap Manfaat Tanaman Bioteknologi, Hemat dan Tahan Kering
Petani NTB Ungkap Manfaat Tanaman Bioteknologi, Hemat dan Tahan Kering
Swasta
Tujuh Spesies Baru Lobster Ditemukan lewat Riset Spesies Eksotik
Tujuh Spesies Baru Lobster Ditemukan lewat Riset Spesies Eksotik
LSM/Figur
40.000 Hektar Ditanami Sawit, Kawasan Tesso Nilo Akan Ditertibkan
40.000 Hektar Ditanami Sawit, Kawasan Tesso Nilo Akan Ditertibkan
Pemerintah
Perkuat Kompetensi Nakes, Kalbe Farma Luncurkan Kalbe Academia
Perkuat Kompetensi Nakes, Kalbe Farma Luncurkan Kalbe Academia
Swasta
Pemanfaatan PLTS Atap Capai 445 MW, Terbanyak dari Sektor Rumah Tangga
Pemanfaatan PLTS Atap Capai 445 MW, Terbanyak dari Sektor Rumah Tangga
Pemerintah
25 Satwa Dikirim dari Jakarta ke Maluku Sebelum Dilepasliarkan
25 Satwa Dikirim dari Jakarta ke Maluku Sebelum Dilepasliarkan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau