KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang membangun dua kapal riset dengan kecanggihan teknologi, untuk memperkuat penelitian laut dalam di Indonesia.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito mengatakan, saat ini masih ada empat kapal riset aktif yang dimiliki oleh BRIN.
Namun, untuk melakukan riset kegiatan laut dalam, Indonesia memerlukan kapal riset yang lebih canggih dan baru.
"Saat ini sedang dilakukan perencanaan pengadaan kapal. Ada dua kapal yang masih dalam masa pengadaan untuk mendukung kegiatan riset laut dalam,” ujar Mego.
Baca juga: Konservasi Laut, Pupuk Kaltim Turunkan 6.882 Terumbu Karang Sejak 2011
Hal itu disampaikan dalam konferensi pers yang dilaksanakan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves), BRIN, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di Nusa Dua, Bali, Rabu (15/5/2024).
Konferensi Pers ini merupakan peresmian Ekspedisi laut di Indonesia antara OceanX, periset BRIN, perguruan tinggi, dan lembaga terkait lainnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengelolaan Armada Kapal Riset BRIN Nugroho Dwi Hananto menyampaikan bahwa saat ini ada lima kapal riset yang sedang dikelola.
“Ada dua kapal yang sedang dibangun, masih dalam masa tender (open international tender)," ujarnya.
Dua kapal riset itu berupa kapal penjelajah samudera ke laut lepas dengan kedalaman mencapai 10.000 meter dan kapal riset penjelajah pesisir untuk melakukan riset di pesisir di muara sungai, teluk, hingga landasan benua.
Baca juga: Konektivitas Laut dan Atmosfer Berperan dalam Perubahan Iklim
BRIN menyiapkan kedua kapal itu untuk melakukan empat tema riset utama. Pertama, geosains kelautan untuk melihat secara aktif bawah laut, sumber mineral, sumber migas, gunung api bawah laut, hingga potensi tsunami bawah laut.
Kedua, untuk melihat interaksi antara laut dan atmosfer, antara samudera dan atmosfer, serta oseanografi. Melihat aspek kolam air dan interaksinya dengan atmosfer, serta melihat bagaimana pengaruh laut dan atmosfer pada iklim regional dan global.
Ketiga, untuk penelitian biodiversitas dan stock assessment ikan. Melihat biodiversitas terkait jenis, proses hidup, daur hidup, dan bagaimana memanfaatkannya secara berkelanjutan. Lalu keempat adalah hidrotropi atau pemetaan lantai.
Saat ini, pemerintah tengah menjalankan program kerja sama dengan badan usaha. Program ini dibuat untuk pengelolaan dan pembangunan armada kapal riset nasional.
Baca juga: Tinggi Muka Laut RI Naik Hingga 1,2 Sentimeter per Tahun karena Perubahan Iklim
“Ruang lingkup kegiatan ini adalah pengembangan bisnis riset industri pesisir, laut, dan samudera berbasis kapal riset. Dalam kerja sama tersebut, BRIN memfokuskan pengembangan penelitian kelautan yang mendukung pemetaan wilayah laut lebih detail," tambahnya.
Lebih lanjut, Mego menyampaikan bahwa BRIN membuka peluang untuk mendanai riset-riset di bidang kelautan, baik untuk periset BRIN maupun entitas selain BRIN.
Program itu terbuka kepada seluruh komunitas riset Indonesia, ilmuwan, universitas, industri, dan pihak terkait lainnya, setelah melalui prosedur yang telah ditetapkan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya