KOMPAS.com - Survei Deloitte mengungkap sebagian besar perusahaan besar di seluruh dunia telah meningkatkan investasi terkait keberlanjutan selama setahun terakhir.
Peningkatan ini terjadi karena para eksekutif C-suite menjadi lebih peduli tentang dampak perubahan iklim pada perusahaan mereka.
Sementara pada saat yang sama perusahaan lebih fokus pada manfaat dan peluang bisnis langsung dari inisiatif iklim dan keberlanjutan mereka.
Baca juga: ADB Gunakan Separuh Pendanaan untuk Atasi Perubahan Iklim pada 2030
Seperti dikutip dari ESG Today, Jumat (13/9/2024) dalam Laporan Keberlanjutan CxO Deloitte 2024, Deloitte dan firma riset pasar KS&R mensurvei lebih dari 2.100 eksekutif tingkat C di 27 negara, di berbagai industri dan ukuran perusahaan, mulai dari pendapatan $500 juta hingga lebih dari $10 miliar.
Laporan tersebut menemukan bahwa perubahan iklim tetap menjadi salah satu prioritas utama bagi para eksekutif (37 persen responden).
Baca juga: Jalankan Inisiatif Keberlanjutan, Samsonite Gelar Program Tukar Tambah dan Bikin Panel Bising
Ini menempati urutan ketiga dalam urutan kepentingan dalam daftar survei tentang isu yang paling mendesak untuk difokuskan selama tahun depan.
Sedangkan isu urutan pertama dan kedua adalah prospek ekonomi serta inovasi (termasuk kecerdasan buatan dan digital) yang masing-masing menempati angka 38 persen.
Perubahan iklim muncul sebagai prioritas karena para eksekutif semakin khawatir tentang dampaknya.
Sebanyak 70 persen responden melaporkan bahwa mereka memperkirakan perubahan iklim akan sangat berdampak pada strategi dan operasi perusahaan mereka selama tiga tahun ke depan, naik dari 61 persen dari tahun lalu.
Di antara isu-isu terkait iklim teratas yang telah memengaruhi perusahaan, 51 persen eksekutif mencatat perubahan pola atau preferensi konsumsi, diikuti oleh 50 persen yang mengutip peraturan yang ditujukan untuk mengurangi emisi atau dampak lingkungan, dan 50 persen melaporkan dampak operasional dari bencana terkait iklim atau peristiwa cuaca.
Meskipun para eksekutif melaporkan menjadi lebih peduli tentang perubahan iklim, laporan tersebut menemukan bahwa perusahaan juga semakin fokus pada peluang untuk mencapai manfaat langsung bagi bisnis mereka melalui investasi dan inisiatif terkait keberlanjutan.
Hampir setengah dari responden juga mengatakan bahwa perusahaan mereka telah mengambil tindakan untuk mengembangkan produk atau layanan baru yang ramah iklim.
Baca juga: Berdayakan UMKM, Cara Perkuat Keberlanjutan di Indonesia
"Kita mungkin memasuki fase baru dalam aksi iklim perusahaan, di mana strategi keberlanjutan melampaui fokus pada kepatuhan, manajemen risiko, dan responsivitas pemangku kepentingan," papar Jennifer Steinmann, Direktur Bisnis Keberlanjutan Deloitte.
"Sebaliknya, keberlanjutan semakin berfungsi sebagai mesin untuk penciptaan nilai baru, pembeda yang kompetitif, dan pendorong inovasi dan transformasi,” ungkap Steinmann lagi.
Selain melihat lebih banyak peluang, para eksekutif juga tampak lebih optimis dalam menangani perubahan iklim. Sebanyak 92 persen setuju bahwa perusahaan mereka dapat terus tumbuh sambil mengurangi emisi gas rumah kaca.
Lalu 92 persen responden juga melaporkan bahwa mereka optimis bahwa dunia akan mengambil langkah-langkah yang cukup untuk menghindari dampak buruk terburuk dari perubahan iklim.
Tingkat optimisme ini akhirnya juga turut mendorong perusahaan untuk berinvestasi lebih banyak untuk upaya keberlanjutan.
Survei menemukan 85 persen responden telah meningkatkan investasi keberlanjutan lebih dari 5 persen selama setahun terakhir dan hanya 1 persen yang melaporkan penurunan investasi.
Selain itu, 45 persen eksekutif melaporkan bahwa perusahaan mereka mengubah model bisnis mereka untuk mengatasi perubahan iklim dan keberlanjutan sebagai bagian utama dari strategi mereka.
Baca juga: PBB: Investasi Udara Bersih Selamatkan Nyawa dan Perangi Perubahan Iklim
Dengan memeriksa tindakan yang diambil perusahaan sebagai bagian dari upaya keberlanjutan mereka, survei Deloitte juga menemukan bahwa separuh perusahaan sudah menerapkan solusi teknologi untuk membantu mencapai tujuan iklim dan lingkungan (50 persen).
Perusahaan juga mengembangkan produk dan layanan baru yang ramah iklim (48 persen), dengan tindakan utama lainnya termasuk menggunakan bahan yang berkelanjutan, meningkatkan efisiensi energi (49 persen), dan membeli energi terbarukan (49 persen).
"Sangat menggembirakan melihat peningkatan investasi yang signifikan dalam upaya keberlanjutan dalam data tahun ini bersama dengan fokus pada penggunaan teknologi sebagai katalisator untuk memajukan solusi iklim," ungkap Joe Ucuzoglu, CEO Deloitte Global.
"Kami melihat lebih banyak organisasi yang ingin mengubah model bisnis inti mereka untuk mengatasi perubahan iklim, memanfaatkan aksi iklim untuk mendorong inovasi dan pertumbuhan, menciptakan nilai baru bagi para pemangku kepentingan mereka, dan membedakan diri mereka dari para pesaing mereka," tambahnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya