Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdayakan UMKM, Cara Perkuat Keberlanjutan di Indonesia

Kompas.com, 30 Agustus 2024, 19:33 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah perlu memperkuat pemberdayaan kepada pelaku bisnis skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), agar skala ekonomi mereka meningkat dan pada akhirnya dapat mempraktikkan bisnis berkelanjutan.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif The PRAKARSA, Ah Maftuchan. Ia menilai, pemberdayaan UMKM merupakan salah satu solusi agar semakin banyak perusahaan di Indonesia menerapkan komitmen keberlanjutan.

“Pasalnya, mayoritas pelaku bisnis di Indonesia adalah UMKM,” ujar Maftuchan saat dihubungi Kompas.com, Kamis (29/8/2024).

Baca juga: Alasan Perusahaan Besar di Dunia Mundur dari Komitmen Keberlanjutan

Lebih lanjut, kata dia, pemerintah perlu mendorong penguatan kolaborasi antara perusahaan besar dan UMKM, agar aspek pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan ekonomi juga menguat.

Selain itu, ia menjelaskan ada beberapa hal yang harus terus diupayakan dan diperbaiki, agar perusahaan di Indonesia dapat berkomitmen dalam keberlanjutan, alih-alih mundur atau mengurangi target mereka.

Upaya dorong komitmen keberlanjutan perusahaan

Pertama, kata dia, kebijakan insentif dan disinsentif untuk praktik bisnis berkelanjutan harus digalakkan oleh pemerintah.

Kemudian, permintaan konsumen terhadap praktik bisnis yang berkelanjutan sangat penting, untuk memastikan praktik bisnis perusahaan yang berkelanjutan.

“Demand yang tinggi dari konsumen akan memicu perusahaan untuk berubah menjadi entitas yang berkelanjutan,” ujarnya.

Selain itu, hal penting lainnya yang harus dilakukan adalah menciptakan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan organisasi masyarakat sipil untuk pemajuan praktik bisnis yang berkelanjutan.

Baca juga: Membangun Komitmen Kepemimpinan Keberlanjutan

“Kolaborasi ini penting agar ada check-balances antar pihak dan memperkuat evidence-based policy baik di pemerintah maupun di perusahaan,” terang dia. 

Kemudian, tak kalah penting adalah perlunya mengkampanyekan praktik bisnis berkelanjutan, sebagai bagian dari tanggung-jawab bersama dalam upaya mengatasi krisis iklim.

“Praktik bisnis yang berkelanjutan perlu disosialisasikan secara luas untuk memberikan keyakinan kepada semua pihak, bahwa bisnis yang berkelanjutan merupakan bisnis yang menguntungkan baik secara ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya,” papar Maftuchan.

Kondisi perusahaan di dunia

Sebagai informasi, dilaporkan Harvard Business Review (20/8/2024), belakangan ini beberapa perusahaan besar di dunia telah mundur atau mengurangi komitmen keberlanjutan mereka.

Sejumlah perusahaan tersebut antara lain Nike, Tractor Supply Co., BP, Shell, hingga Crocs.

Beberapa alasannya disebabkan oleh sulitnya mengukur wujud dan angka dampak dari keberlanjutan, target tidak realistis, potensi greenwashing, hingga kurangnya investasi pada ekuitas environmental, social, governance (ESG) dibandingkan dana tradisional.

Kendati demikian, saat ini, Maftuchan optimistis perusahaan-perusahaan besar di Indonesia masih cukup berambisi dalam menerapkan keberlanjutan.

Baca juga: Studi IBM: Keberlanjutan Jadi Kunci Keberhasilan Bisnis

“Berdasarkan pengamatan saya, perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya perusahaan-perusahaan besar, masih cukup ambisius dalam penerapan prinsip sustainable business yang selaras dengan SDGs dan ESG Principle,” terang Maftuchan.

Hal itu terlihat dari adanya divisi atau tim sustainability di banyak perusahaan dan adanya laporan keberlanjutan (sustainability report) yang dipublikasi secara berkala.

Menurutnya, komitmen formal pemerintah dan desakan publik Indonesia pada isu sustainability yang terus meningkat, menjadi kunci di balik hal tersebut.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Studi: Masyarakat Salah Paham Tentang Dampak Lingkungan Makanan Sehari-hari
Studi: Masyarakat Salah Paham Tentang Dampak Lingkungan Makanan Sehari-hari
Pemerintah
Kisah Kakao Kampung Merasa di Berau, Dulu Dilarang Dimakan Kini Jadi Cuan
Kisah Kakao Kampung Merasa di Berau, Dulu Dilarang Dimakan Kini Jadi Cuan
Swasta
UNICEF Peringatkan Ada 600 Juta Anak Berpotensi Terpapar Kekerasan di Rumah
UNICEF Peringatkan Ada 600 Juta Anak Berpotensi Terpapar Kekerasan di Rumah
Pemerintah
Survei Morgan Stanley: 80 Persen Investor Siap Tambah Alokasi Investasi Berkelanjutan
Survei Morgan Stanley: 80 Persen Investor Siap Tambah Alokasi Investasi Berkelanjutan
Pemerintah
Maybank Gandeng YKAN Berdayakan Petani Kakao Perempuan di Berau
Maybank Gandeng YKAN Berdayakan Petani Kakao Perempuan di Berau
Swasta
Dukung Pemerintah Bangun 33 PLTSa pada 2029, PLN Siap Jadi Kunci Ekosistem 'Waste-to-Energy'
Dukung Pemerintah Bangun 33 PLTSa pada 2029, PLN Siap Jadi Kunci Ekosistem "Waste-to-Energy"
BUMN
Ruang Terbuka Hijau untuk Lindungi Kesehatan Mental Seluruh Dunia
Ruang Terbuka Hijau untuk Lindungi Kesehatan Mental Seluruh Dunia
Pemerintah
Perubahan Iklim di Pegunungan Melesat Cepat, Ancam Miliaran Orang
Perubahan Iklim di Pegunungan Melesat Cepat, Ancam Miliaran Orang
LSM/Figur
Dorong Praktik Hotel Berkelanjutan, Swiss-Belhotel International Indonesia Targetkan 100 Persen Telur Bebas Kandang pada 2035
Dorong Praktik Hotel Berkelanjutan, Swiss-Belhotel International Indonesia Targetkan 100 Persen Telur Bebas Kandang pada 2035
Advertorial
COP30 Berakhir Mengecewakan, Brasil dan RI Gagal Dorong Komitmen Cegah Deforestasi
COP30 Berakhir Mengecewakan, Brasil dan RI Gagal Dorong Komitmen Cegah Deforestasi
LSM/Figur
Bibit Siklon Tropis Terpantau, BMKG Prediksi Hujan Turun di Beberapa Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, BMKG Prediksi Hujan Turun di Beberapa Wilayah
Pemerintah
Indonesia Dianggap Kena Jebakan di KTT COP30 karena Jual Karbon Murah
Indonesia Dianggap Kena Jebakan di KTT COP30 karena Jual Karbon Murah
LSM/Figur
Rafflesia, Tesso Nilo, dan Dua Wajah Hutan Indonesia di Media Sosial
Rafflesia, Tesso Nilo, dan Dua Wajah Hutan Indonesia di Media Sosial
Pemerintah
Mikroplastik di Air Hujan hingga Pakaian, Produsen Didesak Ikut Tanggung Jawab
Mikroplastik di Air Hujan hingga Pakaian, Produsen Didesak Ikut Tanggung Jawab
LSM/Figur
Sawit Masuk Tesso Nilo, Gajah–Harimau Terjepit, Reputasi Indonesia Terancam
Sawit Masuk Tesso Nilo, Gajah–Harimau Terjepit, Reputasi Indonesia Terancam
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau