Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Udara dan Krisis Kesehatan Jadi Alasan Mendesaknya BBM Rendah Sulfur

Kompas.com - 14/09/2024, 19:28 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu penyebab utama polusi udara di Indonesia, adalah kualitas bahan bakar minyak (BBM) yang sulfurnya tinggi, atau tidak memenuhi standar internasional Euro IV.

Deputi Bidang Infrastruktur dan Transportasi, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Rachmat Kaimuddin mengatakan, studi Vital Strategies & ITB 2018/2019 menunjukkan gas buang kendaraan adalah sumber utama polusi lintas musim. 

"Dari hasil studi Vital Strategies & ITB, sumber polusi DKI Jakarta, terlihat bahwa yang terbesar adalah emisi gas buang kendaraan atau asap knalpot," ujar Rachmat di kantor Kemenko Marves, Jakarta, Kamis (12/9/2024). 

Baca juga: Polusi Tanah Jadi Ancaman Keanekaragaman Hayati

Hasil penelitian itu menyatakan, gas buang kendaraan berpengaruh 32-41 persen polusi udara saat musim hujan, dan 42-57 persen saat musim kemarau.

Sementara, sumber polusi dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dan konstruksi menyusul di peringkat kedua dan ketiga. 

Polusi udara yang sebagian besarnya berasal dari emisi gas buang kendaraan, kata dia, menyebabkan pencemaran lingkungan dan berdampak pada kesehatan manusia. 

BBM sulfur tinggi di Indonesia

Salah satu faktor yang menyebabkan buruknya emisi gas kendaraan, menurut Rachmat, adalah karena belum memenuhi standar sulfur internasional yaitu Euro IV.

Ia menjelaskan, saat ini, sebagian besar BBM yang tersedia di Indonesia baik diesel maupun bensin, masih memiliki kandungan sulfur yang sangat tinggi. Jauh di atas batas yang diizinkan oleh standar Euro IV.

"Standar BBM Euro IV itu membutuhkan kadar kualitas tertentu. Kualitas tertentunya itu berarti sulfurnya harus 50 ppm ke bawah," ujar Rachmat. 

Baca juga: Dampak Tak Terduga dari Polusi Udara: Perubahan Suasana Hati

Sampai sekarang, baru terdapat tiga produk dari perusahaan yang memenuhi sulfur ppm 50, yaitu Pertadex 53, Pertamax Green 95, dan Pertamax Tubo 98. Jenis BBM tersebut tersedia secara terbatas di Surabaya dan Jakarta.

Sementara, untuk Pertalite 90 serta Pertamax 92 yang mayoritas digunakan masyarakat, masih memiliki sulfur di 400-500 ppm. Jika sulfur BBM tinggi, kata dia, teknologi mesin kendaraan untuk mengurangi polusi menjadi tidak berfungsi. 

"Unfortunately, BBM yang disediakan Pertamina saat ini memang belum dapat memenuhi sulfur 50 ppm. Maka kita merasa penting dan urgent, pemerintah mendukung Pertamina untuk menyediakan BBM berkualitas," tuturnya.

Oleh karena itu, pihaknya tengah menyiapkan jenis bahan bakar Pertalite dan Pertamax untuk diremajakan menjadi berstandar Euro IV dengan sulfur lebih rendah yaitu 50 ppm, sehingga lebih ramah lingkungan. 

Baca juga: Polusi Udara Tinggi, Sensor Udara Perlu Ditingkatkan

Berdasarkan peta jalan yang sudah disusun, Rachmat menyebut BBM sulfir rendah ini ditargetkan bisa tersedia secara menyeluruh di Indonesia atau skala nasional pada tahun 2028 mendatang.

"BBM yang kita dorong adalah rendah sulfur atau comply dengan Euro IV. Ini tentunya membutuhkan kesiapan dari Pertamina, kilang, dan tahapannya dilakukan per-daerah," pungkasnya.

 

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Subsidi Rp 9 Kuadriliun Mengalir ke Sektor yang Bahayakan Iklim Bumi

Subsidi Rp 9 Kuadriliun Mengalir ke Sektor yang Bahayakan Iklim Bumi

LSM/Figur
Stroberi Accessories dan Nyata Foundation Dukung Pendidikan di Pedalaman Indonesia

Stroberi Accessories dan Nyata Foundation Dukung Pendidikan di Pedalaman Indonesia

Swasta
Bank DBS Indonesia Luncurkan Kartu Kredit Daur Ulang, Diklaim Ramah Lingkungan

Bank DBS Indonesia Luncurkan Kartu Kredit Daur Ulang, Diklaim Ramah Lingkungan

Swasta
15 Juta Mobil Listrik Ditarget Mengaspal Tahun 2030

15 Juta Mobil Listrik Ditarget Mengaspal Tahun 2030

Pemerintah
Air Bersih dan Sanitasi Wilayah Pesisir Masih Perlu Perhatian

Air Bersih dan Sanitasi Wilayah Pesisir Masih Perlu Perhatian

LSM/Figur
Jadi Pemeran dalam Web Series tentang Lingkungan, Eks Vokalis Serieus Berpesan agar Lingkungan Lestari

Jadi Pemeran dalam Web Series tentang Lingkungan, Eks Vokalis Serieus Berpesan agar Lingkungan Lestari

Swasta
Lazada Indonesia Mulai Manfaatkan PLTS untuk Suplai Listrik di Gudang Utama

Lazada Indonesia Mulai Manfaatkan PLTS untuk Suplai Listrik di Gudang Utama

Swasta
Zimbabwe dan Namibia Buru Ratusan Gajah untuk Warganya yang Kelaparan

Zimbabwe dan Namibia Buru Ratusan Gajah untuk Warganya yang Kelaparan

Pemerintah
Jalankan Program Pelestarian Lingkungan, Djarum Foundation Libatkan 10.500 Mahasiswa

Jalankan Program Pelestarian Lingkungan, Djarum Foundation Libatkan 10.500 Mahasiswa

Swasta
Dunia Kekurangan Tenaga Kerja dengan Green Skill

Dunia Kekurangan Tenaga Kerja dengan Green Skill

Pemerintah
Miutiss Luncurkan Tisu Bambu Putih Pertama di Tanah Air, Ramah Lingkungan dan Aman untuk Kulit Sensitif

Miutiss Luncurkan Tisu Bambu Putih Pertama di Tanah Air, Ramah Lingkungan dan Aman untuk Kulit Sensitif

Swasta
Jaringan Listrik Lintas ASEAN Penting Penetrasi Energi Terbarukan

Jaringan Listrik Lintas ASEAN Penting Penetrasi Energi Terbarukan

LSM/Figur
Ajak Pemuda Jaga Lingkungan, Djarum Foundation Hadirkan Web Series 'Kami Memohon'

Ajak Pemuda Jaga Lingkungan, Djarum Foundation Hadirkan Web Series "Kami Memohon"

Swasta
Investasi Pembangkit Panas Bumi Naik 8 Kali Lipat dalam 10 Tahun

Investasi Pembangkit Panas Bumi Naik 8 Kali Lipat dalam 10 Tahun

Pemerintah
Karena Pemanasan Global, Spanyol Bisa Berubah Jadi Iklim Gurun

Karena Pemanasan Global, Spanyol Bisa Berubah Jadi Iklim Gurun

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau