Pelan tapi pasti, hewan-hewan yang hampir punah pun mulai terlihat kembali di area seluas 16 hektare itu.
Adapun dari sekian banyak hewan, beberapa di antaranya berasal dari satwa avifauna, seperti burung elang enggang, elang bondol, dara laut biasa, burung cabai merah, cabai bunga api, bentet kelabu, cucak kutilang, bangau tongtong, dan pekaka emas.
Kemudian, arboretum itu juga jadi habitat bagi capung langka yang terdiri dari berbagai jenis, mulai dari Camacinia gigantea, Agrionoptera, Macrodiplax cora, Ictinogomphus decoratus, Rrhodothemis rufa, Neurothemis ramburii, Tefrathemis irregularis, Pseudagrion nigrofasciatum, dan Ceriagrion cerinorubellum rhyothemis phyllis.
Dari jenis amfibi, ada pula hewan, seperti Rhacophorus pardalis, Kurixalus appendiculatus, Amnirana nicobariensis, Duttaphrynus melanostictus, Fejervarya limnocharis, Fejervarya cancrivora, Ingerophrynus quadriporactus polypedates, dan Leucomystax.
Untuk jenis reptil yang kembali terlihat, beberapa di antaranya adalah berbagai jenis ular, seperti Dendrelaphis pictus, Pareas carinatus, Enhydris plumbea, dan Dendrelaphis caudolineatus.
Namun, dari semua hewan langka yang lalu lalang di Arboretum Busang, kembali terlihatnya kukang Kalimantan (Nycticebus borneanus), yang termasuk dalam daftar spesies terancam punah menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) bisa jadi kabar paling menyenangkan.
Kukang yang sempat menampakkan diri di Arboretum Busang tersebut memiliki ciri tubuh yang pucat, pola pewarnaan wajah sedikit kontras, ujung atas cincin gelap, dan sekeliling matanya berbentuk membundar atau baur di tepinya.
Kukang Kalimantan adalah salah satu primata yang dilindungi oleh hukum karena populasinya terancam oleh perburuan ilegal, hilangnya habitat, dan perdagangan satwa liar. Perlindungan terhadap hewan itu secara khusus diatur melalui keputusan Menteri Pertanian.
MHU berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan hewan-hewan tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip konservasi alam yang sejalan dengan environmental, social, and governance (ESG).
Arboretum Busang bukan sekadar taman biasa. Kawasan ini, kini telah menjadi surga biodiversitas bagi banyak makhluk. Bahkan juga telah berfungsi sebagai tempat belajar, penelitian, sekaligus konservasi.
Selain jadi rumah bagi banyak hewan langka, Arboretum Busang juga jadi rumah bagi sekitar 43 spesies tanaman baru dan 79 jenis tanaman herbal dan epifit, termasuk pohon sungkai, jati khas Kalimantan.
MHU juga merancang Arboretum Busang dengan cermat agar dapat menjadi sumber informasi yang komprehensif tentang identifikasi, karakteristik, dan sifat-sifat tumbuhan berkayu.
Tak mengherankan jika Arboretum Busang kini menjadi magnet bagi para ilmuwan dan pencinta alam.
Para peneliti rutin mengambil sampel tanaman untuk studi keanekaragaman genetik dan adaptasi terhadap lingkungan.
Selain itu, MHU juga membuka kesempatan bagi masyarakat luas untuk berkunjung sekaligus memperluas wawasan mereka melalui tur, seminar, dan program edukasi yang disediakan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya