Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Periode Kekeringan di Masa Depan Akan Lebih Lama dari yang Diperkirakan

Kompas.com - 21/09/2024, 12:35 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Penelitian mengungkapkan periode kekeringan di masa depan bisa jadi akan berlangsung lebih lama.

Studi tersebut menyebut rata-rata periode kekeringan berpotensi bertambah sepuluh hari lebih lama pada akhir abad ini dari pada yang diperkirakan sebelumnya.

Temuan ini pun menunjukkan bahwa bahaya kekeringan yang ditimbulkan dalam beberapa dekade mendatang mungkin lebih besar dari yang diperkirakan dan membawa dampak signifikan bagi masyarakat dan ekosistem.

Baca juga: Gelombang Panas dan Kekeringan Sebabkan Kerugian Miliaran Dollar AS dalam Setahun

Mengutip Phys, Jumat (20/9/2024) dalam studi ini peneliti menggunakan pemodelan iklim untuk memproyeksikan peningkatan kekeringan ekstrem di banyak wilayah dunia.

Peneliti menyelidiki potensi bias dalam proyeksi kekeringan yang dibuat oleh berbagai model iklim di bawah skenario emisi sedang dan tinggi.

Mereka kemudian mengalibrasi proyeksi ini dengan pengamatan historis dari jumlah hari kering terpanjang berturut-turut setiap tahun antara tahun 1998 dan 2018.

Musim Kering Semakin Panjang

Peneliti memperkirakan ada peningkatan panjang musim kering tahunan pada akhir abad ini sebesar 42-44 persen.

Ini menunjukkan bahwa rata-rata musim kering tahunan terpanjang global pada tahun 2080 hingga 2100 bisa sepuluh hari lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

Peneliti juga menemukan bahwa peningkatan panjang musim kering tahunan terpanjang yang diprediksi oleh model yang dikalibrasi di Amerika Utara dan Afrika Selatan serta Madagaskar kira-kira dua kali lebih besar.

Baca juga: Danau Tertua di Eropa Terancam Kekeringan

Sementara panjang musim kering tahunan terpanjang di Asia Tengah-Timur hampir tiga kali lebih besar. Temuan ini menunjukkan peningkatan risiko curah hujan yang lebih sering dan banjir di beberapa wilayah.

Lebih lanjut, studi yang dipublikasikan di Nature ini menekankan perlunya penilaian ulang risiko kekeringan di seluruh dunia dan menyoroti pentingnya mengoreksi bias yang ada dalam model iklim untuk meningkatkan keyakinan terhadap proyeksi model tersebut.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau