KOMPAS.com - Sebuah studi menunjukkan terdapat risiko tinggi peningkatan emisi logam di wilayah pesisir di masa mendatang.
Peneliti dari Universitas Gothenburg menyebut bahwa perubahan iklim dan kelebihan populasi merupakan penyebab pelepasan logam berat yang telah lama terkubur dalam sedimen, membuat Bumi berisiko menanggung dampaknya.
Menurut peneliti, aktivitas manusia di pesisir membuat pemanfaatan air tanah meningkat dan akhirnya membantu melepaskan logam ke laut.
Baca juga: Ilmuwan Teliti Bakteri Ekstrak Logam Langka di Baterai
Mengutip Phys, Sabtu (21/9/2024) sedimen dan tanah pesisir memiliki kapasitas yang baik untuk mengikat polutan logam.
Kadar oksigen yang rendah dan lingkungan dekomposisi yang lambat dapat mengubur logam dan melindungi lingkungan laut di sekitarnya dari bahaya.
Namun, perubahan iklim dan dampak langsung manusia itu akhirnya dapat menyebabkan pelepasan logam ke laut.
Secara khusus penelitian ini pun menunjukkan aliran air tanah pesisir sebagai sumber pencemaran laut yang sebelumnya terabaikan.
Sebagai dampaknya, salinitas air laut yang sedikit lebih tinggi atau lebih banyak oksigen di dekat dasar laut dapat meningkatkan penyerapan logam oleh organisme hidup yang dapat mengganggu reproduksi dan perilaku alami mereka.
"Kami telah menganalisis bagaimana logam berperilaku di air tanah pesisir berdasarkan perubahan iklim yang disebabkan manusia dan peningkatan emisi logam akibat aktivitas manusia di sepanjang pantai," kata Tristan McKenzie, peneliti kimia laut di Universitas Gothenburg.
Dalam studi ini, peneliti menggunakan data kepadatan populasi, tingkat pengolahan air, aktivitas penambangan dan lainnya, peneliti membuat model yang memperkirakan di mana risiko peningkatan logam terbesar di lingkungan pesisir.
Baca juga: Studi Tunjukkan Emisi Metana ke Atmosfer Meningkat Lebih Cepat dari Sebelumnya
Model tersebut juga menunjukkan bahwa risiko tertinggi peningkatan emisi logam terjadi di Asia Tenggara.
"Kami melihat bahwa pesisir Asia Tenggara sedang dalam masalah. Menurut proyeksi, pesisir tersebut mengalami pertumbuhan populasi yang cepat, pengolahan air yang tidak memadai, dan perubahan iklim diperkirakan akan menghantam wilayah tersebut dengan keras," papar McKenzie.
"Logam dari tempat pembuangan sampah atau lokasi industri dapat meresap melalui tanah dan kemudian logam serta polutan lainnya dapat diangkut ke tempat lain melalui air tanah," terang McKenzie.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya