Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Ada Peningkatan Emisi Logam di Wilayah Pesisir di Asia Tenggara

Kompas.com - 22/09/2024, 09:00 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Sebuah studi menunjukkan terdapat risiko tinggi peningkatan emisi logam di wilayah pesisir di masa mendatang.

Peneliti dari Universitas Gothenburg menyebut bahwa perubahan iklim dan kelebihan populasi merupakan penyebab pelepasan logam berat yang telah lama terkubur dalam sedimen, membuat Bumi berisiko menanggung dampaknya.

Menurut peneliti, aktivitas manusia di pesisir membuat pemanfaatan air tanah meningkat dan akhirnya membantu melepaskan logam ke laut.

Baca juga: Ilmuwan Teliti Bakteri Ekstrak Logam Langka di Baterai

Mengutip Phys, Sabtu (21/9/2024) sedimen dan tanah pesisir memiliki kapasitas yang baik untuk mengikat polutan logam.

Kadar oksigen yang rendah dan lingkungan dekomposisi yang lambat dapat mengubur logam dan melindungi lingkungan laut di sekitarnya dari bahaya.

Namun, perubahan iklim dan dampak langsung manusia itu akhirnya dapat menyebabkan pelepasan logam ke laut.

Secara khusus penelitian ini pun menunjukkan aliran air tanah pesisir sebagai sumber pencemaran laut yang sebelumnya terabaikan.

Dampak Emisi di Wilayah Pesisir

Sebagai dampaknya, salinitas air laut yang sedikit lebih tinggi atau lebih banyak oksigen di dekat dasar laut dapat meningkatkan penyerapan logam oleh organisme hidup yang dapat mengganggu reproduksi dan perilaku alami mereka.

"Kami telah menganalisis bagaimana logam berperilaku di air tanah pesisir berdasarkan perubahan iklim yang disebabkan manusia dan peningkatan emisi logam akibat aktivitas manusia di sepanjang pantai," kata Tristan McKenzie, peneliti kimia laut di Universitas Gothenburg.

Dalam studi ini, peneliti menggunakan data kepadatan populasi, tingkat pengolahan air, aktivitas penambangan dan lainnya, peneliti membuat model yang memperkirakan di mana risiko peningkatan logam terbesar di lingkungan pesisir.

Baca juga: Studi Tunjukkan Emisi Metana ke Atmosfer Meningkat Lebih Cepat dari Sebelumnya

Model tersebut juga menunjukkan bahwa risiko tertinggi peningkatan emisi logam terjadi di Asia Tenggara.

"Kami melihat bahwa pesisir Asia Tenggara sedang dalam masalah. Menurut proyeksi, pesisir tersebut mengalami pertumbuhan populasi yang cepat, pengolahan air yang tidak memadai, dan perubahan iklim diperkirakan akan menghantam wilayah tersebut dengan keras," papar McKenzie.

"Logam dari tempat pembuangan sampah atau lokasi industri dapat meresap melalui tanah dan kemudian logam serta polutan lainnya dapat diangkut ke tempat lain melalui air tanah," terang McKenzie.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bahan Bakar Fosil dan Pertanian Kuras Dana Publik Negara Terdampak Perubahan Iklim

Bahan Bakar Fosil dan Pertanian Kuras Dana Publik Negara Terdampak Perubahan Iklim

Pemerintah
Studi: Ada Peningkatan Emisi Logam di Wilayah Pesisir di Asia Tenggara

Studi: Ada Peningkatan Emisi Logam di Wilayah Pesisir di Asia Tenggara

Pemerintah
Kebakaran Hutan Ekstrem di Portugal Sebabkan Emisi Tertinggi dalam 22 Tahun

Kebakaran Hutan Ekstrem di Portugal Sebabkan Emisi Tertinggi dalam 22 Tahun

Pemerintah
Budidaya Salak Bali Masuk Dalam Daftar Warisan Pertanian Penting Dunia FAO

Budidaya Salak Bali Masuk Dalam Daftar Warisan Pertanian Penting Dunia FAO

Pemerintah
Periode Kekeringan di Masa Depan Akan Lebih Lama dari yang Diperkirakan

Periode Kekeringan di Masa Depan Akan Lebih Lama dari yang Diperkirakan

LSM/Figur
Terapkan Teknologi Solar Panel, Lippo Malls Indonesia Tekan 917 Ton Emisi CO2 Tiap Tahun

Terapkan Teknologi Solar Panel, Lippo Malls Indonesia Tekan 917 Ton Emisi CO2 Tiap Tahun

Swasta
Empat Institusi Gelar Operasi Bibir Sumbing di Kupang

Empat Institusi Gelar Operasi Bibir Sumbing di Kupang

LSM/Figur
CarbonEthics Raup Rp 31,8 Miliar Kembangkan Karbon Biru

CarbonEthics Raup Rp 31,8 Miliar Kembangkan Karbon Biru

Swasta
Korporasi Sebut Penggunaan AI Berdampak dalam Upaya Dekarbonisasi

Korporasi Sebut Penggunaan AI Berdampak dalam Upaya Dekarbonisasi

Swasta
Tanaman Energi di Jateng: Strategi Transisi atau Sekadar Bisnis Biasa?

Tanaman Energi di Jateng: Strategi Transisi atau Sekadar Bisnis Biasa?

Pemerintah
3 Tim Pemuda Sabet Kompetisi Kebijakan Energi Bersih Pertama di Indonesia

3 Tim Pemuda Sabet Kompetisi Kebijakan Energi Bersih Pertama di Indonesia

LSM/Figur
Dunia Habiskan 2,6 Triliun Dollar AS Per Tahun untuk Subsidi Aktivitas yang Sebabkan Pemanasan Global

Dunia Habiskan 2,6 Triliun Dollar AS Per Tahun untuk Subsidi Aktivitas yang Sebabkan Pemanasan Global

Pemerintah
Kiprah BNI Masuk 1.000 Perusahaan Terbaik Dunia Majalah TIME

Kiprah BNI Masuk 1.000 Perusahaan Terbaik Dunia Majalah TIME

BUMN
Pesan Jaga Lingkungan untuk Para Anak Muda

Pesan Jaga Lingkungan untuk Para Anak Muda

LSM/Figur
Perdana, Pertamina Pasok Bahan Bakar Berkelanjutan untuk Pesawat Australia

Perdana, Pertamina Pasok Bahan Bakar Berkelanjutan untuk Pesawat Australia

BUMN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau