KOMPAS.com - Studi baru mengungkap kota-kota di belahan bumi selatan lebih rentan terhadap panas ekstrem karena kekurangan ruang hijau yang menyejukkan.
Kota-kota di belahan bumi selatan (Global South) ini meliputi Afrika, Amerika Latin, dan sebagian besar Asia.
Penelitian tersebut menemukan bahwa kota-kota di belahan bumi selatan hanya memiliki 70 persen ruang hijau perkotaan dibandingkan dengan kota di belahan bumi utara.
Mengutip laman resmi University of Exeter, Rabu (25/9/2024) meningkatnya suhu dan dikombinasikan dengan efek "urban heat island”, membuat penyakit dan kematian akibat panas di kota-kota menjadi lebih umum.
Baca juga: Seberapa Penting Ruang Terbuka Hijau?
Nah, ruang hijau perkotaan dapat membantu mengurangi risiko tersebut, mendinginkan lingkungan luar ruangan dan menyediakan tempat berlindung yang penting.
Saat ini orang-orang yang meninggal karena perubahan iklim, menurut peneliti sering kali berada di daerah kumuh kota-kota di belahan bumi selatan.
"Ruang hijau perkotaan adalah cara yang sangat efektif untuk mengatasi apa yang dapat menjadi efek fatal dari panas dan kelembaban yang ekstrem," kata Profesor Tim Lenton, dari Global Systems Institute di University of Exeter.
"Analisis kami menunjukkan bahwa ruang hijau dapat mendinginkan suhu permukaan di kota rata-rata sekitar 3°C selama musim panas, perbedaan yang sangat penting selama cuaca panas ekstrem,” ungkap Lenton.
Efek pendinginan ruang hijau perkotaan terutama hutan perkotaan ini terjadi karena naungan dan penguapan air.
Baca juga: Hutan Kota Bantu Kurangi Risiko Kesehatan akibat Panas Ekstrem
Studi sebelumnya menemukan bahwa kebijakan iklim saat ini akan membuat lebih dari seperlima umat manusia terpapar suhu panas yang berbahaya pada tahun 2100, dengan populasi berisiko terbesar di India dan Nigeria.
Sementara studi baru ini menilai kepadatan populasi dan lokasi untuk memperkirakan “manfaat pendinginan” yang diterima oleh rata-rata masyarakat karena area hijau sering ditemukan di bagian kota yang lebih kaya.
Baca juga: 466 Juta Anak Terancam Panas Ekstrem karena Perubahan Iklim
Studi pun menggunakan data satelit dari 500 kota terbesar di dunia untuk menilai sejauh mana ruang hijau perkotaan mendinginkan suhu permukaan kota.
“Kabar baiknya adalah solusi berbasis alam untuk pendinginan ini dapat ditingkatkan secara substansial di seluruh belahan Bumi Selatan, membantu mengatasi tekanan panas di masa mendatang bagi miliaran orang,” ungkap Profesor Jens-Christian Svenning, dari Center for Ecological Dynamics in a Novel Biosphere (ECONOVO) di Universitas Aarhus.
Profesor Rob Dunn, dari Universitas Negeri Carolina Utara menambahkan tidak akan mudah untuk menghijaukan kembali kota karena terkait dengan biaya.
Namun upaya tersebut akan menjadi kunci untuk membuat kota layak huni dalam waktu dekat. Selain itu juga bagaimana bekerja untuk mencegah hilangnya ruang hijau di kota-kota yang memilikinya, atau setidaknya yang memiliki sedikit.
“Perubahan dapat mencakup ruang hijau di permukaan tanah dan taman vertikal dan atap, atau bahkan hutan, untuk membantu melindungi penduduk kota dari panas ekstrem,” katanya.
Studi terbaru itu kemudian dipublikasikan di jurnal Nature Communications.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya