Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRGM: Pembangunan Harus Dibarengi dengan Konservasi agar Sustain”

Kompas.com - 01/10/2024, 19:59 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan ekonomi harus dilakukan secara seimbang dengan konservasi lingkungan karena dua hal tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan antara satu dengan lainnya.

Ketua Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Hartono Prawiraatmadja mengatakan pembangunan yang tidak mempertimbangkan faktor konservasi atau pelestarian membuat pencapaian tidak bisa sustain.

"Pasti tidak akan lama. Pasti tidak akan sustain (berkelanjutan) juga. Karena konservasi ini memberikan instrumen dan insight bagi kita untuk mempertimbangkan yang belum kelihatan secara nyata ketika pembangunan dibuat," ujarHartono dalam dialog "Sistem Penyangga Kehidupan dan Triple Planetary Crisis" bagian dari Youth Conservation Fest 2024 yang digelar di Jakarta, Selasa (1/10/2024).

Baca juga: Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Menurutnya, konservasi dan pembangunan sama-sama penting. Bagaikan dua sisi mata uang, meskipun gambarnya beda tapi sebetulnya satu kesatuan.

Pembangunan tanpa konservasi

Hartono memberikan contoh seperti di Kuala Selat, Riau, sekitar 20 tahun yang lalu dibangun kebun kelapa. Kebun kelapa ini sangat produktif, berada di lahan kampung. Para penduduk lokal menyisakan sekitar 600 meter dari bibir pantai untuk mangrove.

"Namun, karena daerah Indragiri Hilir dan sekitarnya adalah wilayah gambut, setiap orang yang mau membangun rumah di sana perlu pancang agar rumahnya bisa berdiri kokoh. Dipancangkan di gambut, baru (rumah) bisa berdiri kokoh," terangnya. 

Lama-kelamaan, mangrove seluas 600 meter itu semakin tipis karena diambil untuk keperluan pembangunan di sekitar Sungai Guntung dan kota-kota sekitarnya.

Baca juga: Pembasahan Lahan Gambut Signifikan Turunkan Karbon Dioksida

Pada tahun 2021, saat terjadi rob besar, mangrove yang tipis ini pun akhirnya jebol. Mangrove menjadi hilang, dan karena mangrove hilang, air laut menggenangi kebun kelapa.

"Akibatnya, sekitar 1.700 hektare kebun kelapa mati. Akhirnya sumber perekonomian masyarakat yang signifikan hilang. Ini contoh pembangunan yang tidak mempertimbangkan aspek konservasi," papar Hartono. 

Seandainya sejak awal mangrove tersebut dibiarkan utuh, kata dia, 600 meter sudah cukup untuk memberikan perlindungan.

Namun, karena mangrove itu berada di APL (Areal Penggunaan Lain), masyarakat mengambilnya sedikit demi sedikit, dan tidak ada yang mengingatkan. Akhirnya, mangrove habis dan jebol saat rob besar terjadi.

Oleh karena itu, Hartono menekankan pentingnya melakukan pembangunan dengan bijaksana, agar tidak merusak lingkungan yang bisa memberikan perlindungan jangka panjang.

Baca juga: Pertanian Paludikultur Bisa Restorasi Gambut, Ini Kelebihannya

"Dua-duanya penting. Pembangunan itu penting karena kita merdeka 79 tahun itu memang ingin hidup lebih baik dengan melakukan pembangunan. Tapi ya itu tadi, pembangunan mesti kita lakukan dengan hati-hati juga. Tidak boleh sembarangan. Tidak boleh awur-awuran," pungkasnya. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

100 Hari Prabowo Gibran, DMO Batu Bara Didesak Dievaluasi

100 Hari Prabowo Gibran, DMO Batu Bara Didesak Dievaluasi

LSM/Figur
BPOM Perlu Percepat Pelabelan BPA pada Air Minum Galon

BPOM Perlu Percepat Pelabelan BPA pada Air Minum Galon

LSM/Figur
Dampak Positif IMIP pada Ekonomi Lokal dan Pemberdayaan Masyarakat Morowali

Dampak Positif IMIP pada Ekonomi Lokal dan Pemberdayaan Masyarakat Morowali

Swasta
Gerakan Menanam Pohon dari Kader Jadi Kado Ulang Tahun ke-78 Megawati

Gerakan Menanam Pohon dari Kader Jadi Kado Ulang Tahun ke-78 Megawati

LSM/Figur
Studi: Hilirisasi Nikel Perlu Terapkan ESG untuk Ciptakan Pekerjaan Hijau

Studi: Hilirisasi Nikel Perlu Terapkan ESG untuk Ciptakan Pekerjaan Hijau

LSM/Figur
DBS Indonesia Siapkan Rp 100 Miliar untuk Bantu Tingkatkan Kualitas Hidup Kelompok Rentan

DBS Indonesia Siapkan Rp 100 Miliar untuk Bantu Tingkatkan Kualitas Hidup Kelompok Rentan

Swasta
BNI Implementasikan Kesetaraan Gender di Ruang Kerja

BNI Implementasikan Kesetaraan Gender di Ruang Kerja

BUMN
AS Keluar Perjanjian Paris, Pendanaan Transisi Energi RI Bisa Terganggu

AS Keluar Perjanjian Paris, Pendanaan Transisi Energi RI Bisa Terganggu

LSM/Figur
Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Investasi Hijau Bisa Lari ke Negara Lain

Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Investasi Hijau Bisa Lari ke Negara Lain

Pemerintah
Serba-serbi PLTA Jatigede: Terbesar Kedua di Indonesia, Pangkas Emisi 415.800 ton

Serba-serbi PLTA Jatigede: Terbesar Kedua di Indonesia, Pangkas Emisi 415.800 ton

Pemerintah
Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

LSM/Figur
Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Pemerintah
BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BUMN
Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Swasta
Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau