Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/10/2024, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

 

KOMPAS.com - Berbagai wilayah di Antarktika, Kutub Selatan, semakin menghijau karena meningkatnya tutupan tanaman dalam 10 tahun terakhir.

Pesatnya tanaman yang tumbuh di benua tersebut tak lepas dari menghangatnya suhu dan mencairnya es yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Temuan tersebut mengemuka dalam studi yang dilakukan sejumlah peneliti dan diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience. Menurut analisis data satelit, pada 1986, vegetasi di Antarktika hanya seluas kurang dari 1 kilometer persegi.

Baca juga: Suhu Daratan Antarktika Naik 10 Derajat Celsius pada Juli

Pada 2021, luas tutupan tanaman di benua tersebut melonjak menjadi hampir 12 kilometer persegi.

Sebagian besar vegetasi yang tumbuh di Antarktika adalah lumut. Menurut para peneliti, peningkatan pesat tutupan tanaman di sana sebagian besar terjadi sejak 2016.

Dilansir dari The Guardian, Jumat (4/10/2024), para ilmuwan memperingatkan bahwa luasnya vegetasi dapat memberikan pijakan bagi spesies invasif asing ke ekosistem Antartika yang masih asli.

Salah satu ilmuwan dalam studi tersebut, Thomas Roland dari Universitas Exeter Inggris, mengatakan Antarktika memang masih didominasi oleh salju, es, dan batu.

Baca juga: Bahaya, Lapisan Es Antarktika Menyusut Drastis dalam 25 Tahun

Akan tetapi, pesatnya tumbuhan yang berkembang di Antarktika membunyikan alarm bahaya yang serius.

"Bahkan wilayah terpencil yang luas ini pun terpengaruh oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia," kata Roland.

Roland memperingatkan, kenaikan suhu yang lebih lanjut di masa mendatang akan membuat Antarktika berubah total.

Dalam studi tersebut, para peneliti menyampaikan percepatan pertumbuhan vegetasi di Antarktika sejak 2016 bertepatan dengan dimulainya penurunan luas es laut di sekitar benua tersebut.

Laut terbuka yang lebih hangat kemungkinan mengarah ke kondisi yang lebih basah yang mendukung pertumbuhan tanaman.

Baca juga: Es Laut Antarktika Alami Rekor Terendah di Musim Dingin

Profesor Andrew Shepherd dari Universitas Northumbria Inggris, yang bukan bagian dari tim studi tersebut, tercengan atas studi terbaru tersebut.

Shepherd menyampaikan, penelitian tersebut mengonfirmasi temuan yang dia dapatkan saat mengunjungi Larsen Inlet,salah satu semenanjung di Antarktika, beberapa tahun lalu.

"Kami mendarat di pantai di bawah Larsen Ice Shelf hingga lapisan es tersebut runtuh pada tahun 1986-1988. Kami menemukan bahwa sekarang ada sungai dengan ganggang hijau yang tumbuh di dalamnya," kata Shepherd.

Dia menambahkan, luasnya tutupan vegetasi di Antarktika menjadi barometer perubahan iklim sekaligus titik kritis bagi wilayah tersebut.

Baca juga: Penyusutan Es Laut Antarktika pada Juli Pecahkan Rekor

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemanfaatan Panas Bumi Masih Rendah, Pakar Saran Tingkatkan Kualitas Data

Pemanfaatan Panas Bumi Masih Rendah, Pakar Saran Tingkatkan Kualitas Data

LSM/Figur
Antarktika Semakin 'Menghijau' karena Perubahan Iklim

Antarktika Semakin "Menghijau" karena Perubahan Iklim

LSM/Figur
Dukung Transisi Energi Bersih Berkelanjutan, Kalbe Morinaga Resmikan PLTS Atap di Karawang

Dukung Transisi Energi Bersih Berkelanjutan, Kalbe Morinaga Resmikan PLTS Atap di Karawang

Swasta
Keputusan Menteri Energi ASEAN Dorong CCS Dinilai Setengah Hati Wujudkan Transisi

Keputusan Menteri Energi ASEAN Dorong CCS Dinilai Setengah Hati Wujudkan Transisi

LSM/Figur
Dunia Makin Lirik Hidrogen Rendah Emisi, Investasi Berlipat Ganda

Dunia Makin Lirik Hidrogen Rendah Emisi, Investasi Berlipat Ganda

LSM/Figur
Solusi Air Bersih di Desa Sungai Payang, Begini Upaya MMSGI Dorong Kesejahteraan Warga

Solusi Air Bersih di Desa Sungai Payang, Begini Upaya MMSGI Dorong Kesejahteraan Warga

Swasta
Dilobi Sejumlah Pihak Termasuk RI, Uni Eropa Tunda Implementasi UU Anti-Deforestasi

Dilobi Sejumlah Pihak Termasuk RI, Uni Eropa Tunda Implementasi UU Anti-Deforestasi

Pemerintah
BRIN: Teknologi Nuklir Dapat Deteksi Pemalsuan Pangan

BRIN: Teknologi Nuklir Dapat Deteksi Pemalsuan Pangan

Pemerintah
Dalam 6 Bulan, Sampah di Cekungan Bandung Bisa Jadi Bencana

Dalam 6 Bulan, Sampah di Cekungan Bandung Bisa Jadi Bencana

Pemerintah
Kekeringan Global Ancam Pasokan Pangan dan Produksi Energi

Kekeringan Global Ancam Pasokan Pangan dan Produksi Energi

Pemerintah
Laporan 'Health and Benefits Study 2024': 4 Tren Tunjangan Kesehatan Karyawan Indonesia

Laporan "Health and Benefits Study 2024": 4 Tren Tunjangan Kesehatan Karyawan Indonesia

Swasta
Perubahan Iklim Tingkatkan Kekerasan terhadap Perempuan

Perubahan Iklim Tingkatkan Kekerasan terhadap Perempuan

Pemerintah
Forum 'ESG Edge' Inquirer: Kolaborasi Sekolah Swasta dan Negeri Jadi Solusi Holistik Masalah Pendidikan Filipina

Forum "ESG Edge" Inquirer: Kolaborasi Sekolah Swasta dan Negeri Jadi Solusi Holistik Masalah Pendidikan Filipina

LSM/Figur
Batik: Menenun Kesadaran untuk Bumi

Batik: Menenun Kesadaran untuk Bumi

Pemerintah
Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau