KOMPAS.com - Net zero emission atau NZE menjadi istilah yang semakin populer dan diperbincangkan setelah Perjanjian Paris pada 2015.
Sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia, menetapkan tujuan untuk mencapainya. Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan dapat mencapai NZE pada 2060 atau lebih awal.
Konsep NZE menjadi semakin penting untuk melawan pemanasan global dan perubahan iklim.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut pengertian net zero emission dan strategi mencapainya.
Baca juga: Jika Tak Berubah, Indonesia Mustahil Capai Target Net Zero 2060
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) NZE adalah pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) mendekati nol, dengan sisa emisinya dapat diserap kembali dari atmosfer, misalnya oleh lautan dan hutan.
Sementara itu menurut Parlemen Eropa, NZE adalah keseimbangan antara emisi yang dilepaskan dan penyerapan dari atmosfer dari alam maupun teknologi manusia.
Untuk mencapai NZE, semua emisi GRK di seluruh dunia harus diimbangi dengan penyerapan karbon.
Baca juga: Emisi dari Sampah Ditarget Net Zero Tahun 2050
Dengan kata lain, NZE adalah kondisi di mana emisi GRK yang dihasilkan manusia tidak lebih besar daripada jumlah yang dapat diserap oleh Bumi.
Bumi menyerap emisi karbon dari berbagai ekosistem dari mulai hutan di daratan hingga lautan atau bahkan teknologi dari manusia.
Untuk diketahui, emisi GRK adalah penyebab utama efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.
Berbagai pihak mulai dari individu, perusahaan, dan pemerintah di seluruh dunia kini dituntut untuk menghasilkan emisi sesedikit mungkin sekaligus mengompensasinya dengan pelestarian alam.
Baca juga: Indonesia Kejar Net Zero Emission Sampah pada Tahun 2050
Dilansir dari situs The National Academies, ada beberapa strategi untuk mencapai NZE. Strategi tersebut adalah:
Strategi yang paling penting dilakukan adalah mengurangi emisi GRK yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Pengurangan emisi GRK bisa dilakukan melalui pengembangan dan penerapan teknologi.
Contonhya seperti produksi listrik rendah karbon, elektrifikasi transportasi, efisiensi energi, bangunan hijau, dan lain sebagainya.
Selain itu, pengurangan emisi lain seperti metana dan nitrogen oksida juga tak kalah penting. Sebab kedua GRK tersebut memiliki kekuatan yang besar dalam memerangkap panas.
Baca juga: Potensi Pembiayaan Hijau di Era Net Zero
Penyerapan emisi GRK di atmosfer berbasis darat menjadi upaya penting untuk mengurangi karbon di atmosfer.
Beberapa caranya adalah pelestarian hutan, mineralisasi karbon, merestorasi ekosistem karbon biru, dan teknologi penangkap karbon dari udara.
Penyerapan emisi GRK di atmosfer berbasis lautan juga menjadi upaya yang tak kalah penting.
Sebab lautan mencakup 70 persen permukaan Bumi dan menyediakan sebagian besar kapasitas global untuk penyerapan karbon alami.
Saat ini, lautan menyimpan sekitar 50 kali lebih banyak karbon anorganik dibandingkan atmosfer praindustri.
Baca juga: Migas dalam Transisi Energi, Kejar Target Net Zero Emission
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya