KOMPAS.com - Apa yang bisa dilakukan dengan pembangkit listrik nuklir setelah ditutup? Sebuah perusahaan energi Prancis, EDF, berencana mengubah sebagian sisa material suku cadang menjadi garpu, panci, hingga gagang pintu.
Hal ini menjadi suatu upaya yang direncanakan oleh EDF, pasca-penutupan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fessenheim di timur laut Prancis.
EDF menjelaskan, hanya logam dengan tingkat radioaktivitas yang "sangat rendah" yang akan diubah menjadi besi atau baja. Sementara, material lain akan dikirim ke fasilitas pengolahan limbah nuklir.
Baca juga:
Jika rencana ini mendapat persetujuan, pusat daur ulang baru tersebut akan dibangun di lahan seluas 15 hektare yang berlokasi dekat dengan pembangkit yang sudah ditutup.
“Ini memungkinkan pengolahan 500.000 ton logam dengan tingkat radioaktivitas rendah selama 40 tahun,” ujar mantan direktur PLTN Fessenheim EDF, Laurent Jarry, dikutip dari Euronews, Senin (14/10/2024).
Logam radioaktif tingkat rendah umumnya berasal dari puing, tanah, atau sisa-sisa pembongkaran fasilitas nuklir atau industri yang menggunakan material radioaktif alami.
Membuang material semacam ini selalu menjadi tantangan bagi produsen, karena biaya penyimpanan jangka panjangnya mahal jika tidak ada solusi lain.
Meski rencana EDF ini merupakan yang pertama di Prancis, negara lain seperti Swedia, Jerman, dan Amerika Serikat sudah menggunakan teknik serupa untuk ‘membersihkan’ logam dari radioaktivitas, sebelum dilebur menjadi ingot (balok logam) untuk digunakan kembali.
Baca juga:
Namun, tidak semua pihak setuju memberikan 'kehidupan kedua' bagi material radioaktif.
Menurut para aktivis anti-nuklir, tidak ada ambang batas yang aman untuk paparan radioaktivitas. Dosis sekecil apapun, menurut mereka, tetap menghadirkan risiko kesehatan seperti peningkatan risiko kanker.
Oleh karena itu, masyarakat Prancis bisa memberikan suaranya terkait proyek ini hingga Februari 2025.
Komisi Riset dan Informasi Independen tentang Radioaktivitas (Commission for Independent Research and Information on Radioactivity/Criirad) menunjukkan dalam studi tahun 2021, sejumlah kecil radioaktivitas tetap ada dalam produk daur ulang, dengan jumlah yang bervariasi tergantung jenis logamnya.
Sebelum tahun 2022, hukum Prancis memang melarang pemulihan limbah radioaktif rendah. Prinsip ini menganggap semua limbah dari fasilitas nuklir sebagai radioaktif.
Baca juga: Investasi Pembangkit Panas Bumi Naik 8 Kali Lipat dalam 10 Tahun
Tadinya, Otoritas Keselamatan Nuklir Prancis (Nuclear Safety Authority/ASN) juga menentang ide ini. Sebab, mereka khawatir material radioaktif bisa secara tidak sengaja bersentuhan dengan publik.
Namun, dekrit menteri yang diterbitkan pada Februari 2022 mengubah aturan tersebut. Sehingga, saat ini Prancis memungkinkan daur ulang limbah radioaktif rendah dengan syarat tertentu.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya