Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi Baru Ini Diklaim Bisa Ubah Air Limbah Jadi Avtur Berkelanjutan

Kompas.com, 14 Oktober 2024, 21:42 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bahan bakar yang digunakan dalam industri penerbangan ternyata menyumbang sekitar 3 persen emisi gas rumah kaca (GRK) global.

Hal ini membuat produksi bahan bakar penerbangan atau avtur berkelanjutan (SAF) menjadi hal yang penting untuk penggunaan komersial.

Ilmuwan di Laboratorium Nasional Argonne pun kini mengembangkan teknologi baru untuk menciptakan SAF yang kompetitif dari segi biaya dan dapat mengurangi emisi GRK dalam industri penerbangan hingga 70 persen.

Mengutip Techxplore, Senin (14/10/2024) ilmuwan mengembangkan bahan bakar tersebut dengan memanfaatkan air limbah organik yang diubah menjadi asam lemak volatil dan ditingkatkan menjadi SAF.

Baca juga: Teknik Ramah Lingkungan Bisa Ubah Air Limbah Jadi Bahan Bakar

"Asam lemak volatil dari aliran limbah dapat membuat produksi biofuel lebih hemat biaya dan berkelanjutan sehingga bisa mendekarbonisasi industri penerbangan, kata Haoran Wu, seorang peneliti pascadoktoral Argonne.

Mengubah Air Limbah Jadi Biofuel

Mengubah biomassa menjadi biofuel adalah proses kompleks yang melibatkan variabel dalam bahan organik yang digunakan sebagai bahan baku, serta teknologi konversi, pemisahan, dan pemurnian untuk memenuhi spesifikasi bahan bakar.

Alih-alih mengandalkan sumber daya yang lebih konvensional seperti lemak, minyak, dan lemak, para ilmuwan menggunakan air limbah kaya karbon dari pabrik bir dan peternakan sapi perah sebagai bahan baku untuk teknologi inovatif mereka.

Teknologi tersebut menghilangkan karbon organik dari aliran limbah berkekuatan tinggi ini yang sulit diolah secara hemat biaya.

Baca juga: Penggunaan Biofuel Diproyeksi Tembus 13,9 Juta KL Tahun 2025

"Dengan menggunakan teknologi kami, kami tidak hanya mengolah aliran limbah itu tetapi juga membuat bahan bakar berkelanjutan rendah karbon untuk industri penerbangan," kata penulis studi Taemin Kim,

Para ilmuwan juga menganalisis dampak ekonomi serta lingkungan untuk mengevaluasi pemanfaatan SAF baru ini.

Mereka mengatakan air limbah yang diubah SAF menjadi bahan bakar penerbangan yang secara signifikan mengurangi emisi karbon dibandingkan dengan bahan bakar jet konvensional.

Baca juga: 2 Bandara RI Ini Ditarget Implementasikan Bahan Bakar Berkelanjutan

Studi ini juga memberikan gambaran penggunaan bahan limbah yang jarang dimanfaatkan pada saat permintaan bahan yang umum untuk SAF mengalami kekurangan.

Lebih lanjut para ilmuwan berharap untuk mengomersialkan dan meningkatkan skala teknologi untuk penggunaan yang luas bahan bakar tersebut.

"Merancang teknologi berbantuan membran yang mencapai pengurangan 70 persen dalam gas rumah kaca dengan biaya yang sebanding dengan bahan bakar jet konvensional merupakan kemajuan yang signifikan," kata Wu.

"Kami akan terus berupaya untuk meningkatkan keberlanjutan dan mulai mengeksplorasi bahan baku lain untuk digunakan dengan teknologi kami," tambahnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Swasta
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pemerintah
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Pemerintah
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
LSM/Figur
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Swasta
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
LSM/Figur
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Swasta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
BUMN
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Pemerintah
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
Pemerintah
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
Pemerintah
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Pemerintah
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
LSM/Figur
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau