Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 15 Oktober 2024, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Porsi energi terbarukan diprediksi mencapai 50 persen dari total pembangkit listrik di seluruh dunia pada 2030.

Prediksi tersebut disampaikan Badan Energi Internasional atau IEA dalam publikasi terbarunya.

Salah satu teknologi energi terbarukan yang bakal berkembang pesat adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), yang tumbuh dengan kecepatan yang menjanjikan.

Baca juga: Penolakan Proyek Geothermal di Padarincang: Dilema Energi Terbarukan

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan, energi terbarukan bergerak lebih cepat daripada yang dapat ditetapkan oleh negara-negara.

Pesatnya pertumbuhan energi terbarukan tersebut dipicu oleh upaya untuk menurunkan emisi atau meningkatkan keamanan energi.

"Juga karena energi terbarukan saat ini menawarkan opsi termurah untuk menambah pembangkit listrik baru di hampir semua negara di seluruh dunia," kata Birol, dilansir dari Euronews, Rabu (9/10/2024).

Analisis IEA menunjukkan, PLTS dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) menjadi cara paling ekonomis untuk meningkatkan pembangkit listrik baru di hampir setiap negara.

Baca juga: Sederet Manfaat Energi Terbarukan bagi Manusia

Pembangkit energi terbarukan pada 2023 diprediksi akan setara dengan kapasitas daya gabungan China, Uni Eropa, India, dan Amerika Serikat (AS) saat ini.

Laporan IEA tersebut menemukan, dunia akan menambah lebih dari 5.500 gigawatt (GW) kapasitas energi terbarukan antara tahun 2024 hingga 2030.

Pertumbuhan tersebut hampir tiga kali lipat peningkatan yang terjadi antara tahun 2017 hingga 2023.

China sendiri akan menyumbang hampir 60 persen dari semua kapasitas terbarukan yang terpasang di seluruh dunia hingga 2030.

Proyeksi tersebut bakal menjadikan China berkontribusi hampir setengah dari total kapasitas energi terbarukan dunia pada 2030.

Baca juga: Pekerjaan di Bidang Energi Terbarukan Global Catat Rekor pada 2023

Kabar baik lainnya adalah, dunia berkesempatan meningkatkan kapasitas energi terbarukan hingga tiga kali lipat berdasarkan kesepakatan COP28 tahun lalu.

IEA juga mendorong kerja sama internasional yang lebih kuat untuk menurunkan pembiayaan di negara-negara berkembang dan negara-negara tertinggal,

Sehingga negara-negara tersebut dapat memperoleh manfaat dari peningkatan energi terbarukan.

Di satu sisi, untuk mengintegrasikan sumber-sumber terbarukan yang bervariasi ke dalam sistem, negara-negara perlu membangun dan memodernisasi jaringan listrik sepanjang 25 juta kilometer.

Selain itu, dunia perlu merealisasikan kapasitas penyimpanan 1.500 GW pada 2030.

Baca juga: Target Penggunaan Energi Terbarukan 23 Persen di Negara-negara Asean Tak Tercapai

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Pemerintah
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau