KOMPAS.com - Tinjauan Tahunan 2024 Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mengungkapkan pekerjaan di bidang energi terbarukan global capai rekor pada 2023.
Laporan itu menunjukkan pekerjaan energi terbarukan global mencapai 16,2 juta pada 2023. Angka itu menandai peningkatan tajam sebesar 13,7 juta pada tahun 2022 lalu.
Temuan tersebut mencerminkan pertumbuhan tahunan sebanyak 18 persen yang didorong adanya perluasan kapasitas energi terbarukan dan manufaktur peralatan.
Baca juga: Indonesia-Jerman Perpanjang Kerja Sama EBT untuk Kelistrikan
Mengutip ESG News, Senin (7/10/2024) Tiongkok terus memimpin sektor energi terbarukan dengan perkiraan 7,4 juta pekerjaan atau 46 persen dari total global.
Sementara itu, Uni Eropa menyusul dengan 1,8 juta pekerjaan, Brasil sebanyak 1,56 juta, Amerika Serikat serta India masing-masing dengan hampir 1 juta pekerjaan.
"Kisah transisi energi dan keuntungan sosial ekonomi seharusnya tidak hanya tentang satu atau dua wilayah saja," ungkap Francesco La Camera, Direktur Jenderal IRENA.
Baca juga: Target Penggunaan Energi Terbarukan 23 Persen di Negara-negara Asean Tak Tercapai
"Jika kita semua ingin memenuhi janji kolektif untuk melipatgandakan kapasitas daya terbarukan pada 2030, dunia harus meningkatkan perannya dan mendukung wilayah terpinggirkan dalam mengatasi hambatan kemajuan transisi mereka," katanya lagi.
Sektor fotovoltaik surya (PV) tetap menjadi pendorong pertumbuhan lapangan kerja terkuat, mendukung 7,2 juta lapangan kerja di seluruh dunia, dengan 4,6 juta di antaranya berada di Tiongkok.
Investasi Tiongkok yang signifikan juga telah mengubah Asia Tenggara menjadi pusat ekspor utama untuk PV surya, yang mendorong penciptaan lapangan kerja di kawasan tersebut.
Sedangkan bahan bakar nabati cair berada di peringkat kedua dalam penciptaan lapangan kerja, diikuti oleh tenaga air dan angin.
Baca juga: Desentralisasi Energi Baru Terbarukan di Desa
Brasil memimpin sektor biofuel dengan sepertiga dari 2,8 juta lapangan kerja di dunia. Sementara Indonesia menyumbang seperempat dari lapangan kerja biofuel global.
Meskipun tren keseluruhan positif, lapangan kerja tenaga air turun dari 2,5 juta lapangan kerja pada tahun 2022 menjadi 2,3 juta pada tahun 2023 karena tingkat penyebaran yang lebih lambat.
Tiongkok, India, Brasil, Vietnam, dan Pakistan tetap menjadi pemberi kerja terbesar di sektor ini.
Afrika, meskipun memiliki potensi sumber daya yang sangat besar, terus tertinggal dalam investasi energi terbarukan, sehingga hanya menghasilkan 324.000 pekerjaan pada tahun 2023.
“Berinvestasi dalam pendidikan, keterampilan, dan pelatihan membantu meningkatkan keterampilan semua pekerja dari sektor bahan bakar fosil, mengatasi kesenjangan gender atau kesenjangan lainnya, dan mempersiapkan tenaga kerja untuk peran energi bersih yang baru,” jelas Gilbert F. Houngbo, Direktur Jenderal ILO.
Baca juga: Dekarbonisasi Nikel: Baseline Emisi Ditetapkan, Potensi Energi Terbarukan Dipetakan
Dengan tujuan melipatgandakan kapasitas daya terbarukan global pada tahun 2030, laporan tersebut mendesak kolaborasi internasional yang lebih kuat untuk memobilisasi peningkatan keuangan untuk dukungan kebijakan dan pengembangan kapasitas di wilayah yang belum mendapatkan manfaat dari energi terbarukan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya