Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Kendaraan Listrik Dapat Hemat Biaya Kesehatan Hingga 188 Miliar Dollar AS

Kompas.com, 17 Oktober 2024, 19:53 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah penelitian terbaru dari Departemen Teknik Sipil dan Mineral Universitas Toronto mengungkapkan bahwa adopsi kendaraan listrik (EV) dalam skala besar dapat memberikan manfaat kesehatan yang signifikan bagi masyarakat serta meningkatkan kualitas udara.

Kendaraan berbahan bakar fosil diketahui menghasilkan banyak polutan udara yang berdampak serius, terutama pada populasi berpenghasilan rendah dan terpinggirkan.

Dalam studi ini, peneliti menggunakan simulasi komputer untuk menghitung manfaat non-iklim dari adopsi kendaraan listrik.

Baca juga: Studi Sebut Pemilik Kendaraan Listrik Punya Jejak Karbon Lebih Besar

Mereka mensimulasikan produksi polutan udara yang umum dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti nitrogen oksida, sulfur oksida, dan partikel kecil yang dikenal sebagai PM2.5.

Peneliti juga mempertimbangkan berbagai tingkat transisi jaringan listrik ke sumber energi terbarukan dan rendah emisi, baik dalam kondisi saat ini, melambat, atau meningkat selama beberapa dekade mendatang.

Studi yang dilakukan di Amerika Serikat ini menunjukkan bahwa elektrifikasi agresif armada kendaraan, ditambah dengan peluncuran pembangkit listrik terbarukan yang ambisius, dapat menghasilkan manfaat kesehatan senilai antara USD 84 miliar hingga USD 188 miliar pada tahun 2050.

Bahkan, skenario dekarbonisasi yang kurang agresif pun diperkirakan tetap memberikan manfaat kesehatan yang mencapai puluhan miliar dollar.

"Simulasi kami menunjukkan bahwa manfaat kesehatan masyarakat kumulatif dari adopsi EV skala besar antara sekarang hingga tahun 2050 dapat mencapai ratusan miliar dollar," tulis peneliti dalam studinya.

Meskipun adopsi kendaraan listrik akan berdampak positif pada perubahan iklim, hal ini saja tidak cukup untuk memenuhi target Perjanjian Paris.

Peneliti merekomendasikan agar adopsi EV dilakukan bersamaan dengan strategi lain, seperti investasi dalam penggunaan transportasi umum.

Baca juga: Stasiun Pengisian Daya Kendaraan Listrik Berpotensi Tingkatkan Bisnis Lokal

Meskipun kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi knalpot, mereka tetap dapat menyebabkan polusi udara jika pembangkit listrik yang menyuplai energi menggunakan bahan bakar fosil seperti gas alam atau batu bara.

Ini berpotensi memindahkan polusi udara dari jalan raya ke masyarakat yang tinggal di dekat pembangkit listrik.

Studi ini juga menimbulkan pertanyaan penting: Apakah lebih baik mendekarbonisasi sektor transportasi melalui adopsi kendaraan listrik, atau terlebih dahulu mendekarbonisasi sektor pembangkit listrik, yang merupakan sumber utama polusi terkait kendaraan listrik?

"Kita masih perlu mendekarbonisasi sistem pembangkit listrik dan kita sedang melakukannya, tetapi kita tidak boleh menunggu hingga proses itu selesai untuk menghadirkan lebih banyak kendaraan listrik di jalan. Kita harus memulai perjalanan menuju masa depan yang lebih sehat hari ini," papar peneliti.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
LSM/Figur
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Pemerintah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
LSM/Figur
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
LSM/Figur
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Swasta
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Pemerintah
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
Pemerintah
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Swasta
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
LSM/Figur
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
LSM/Figur
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
LSM/Figur
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Pemerintah
KLH Segel Kebun Sawit di Tapanuli Tengah Imbas Banjir Sumatera Utara
KLH Segel Kebun Sawit di Tapanuli Tengah Imbas Banjir Sumatera Utara
Pemerintah
Air di Jakarta Tercemar Bakteri Koli Tinja, Ini Penyebabnya
Air di Jakarta Tercemar Bakteri Koli Tinja, Ini Penyebabnya
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau