Dalam festival ini, pengunjung bisa mengunjungi Human Spark Area (education area), untuk berdiskusi dan belajar mengenai ‘spark’ diri masing-masing dalam bentuk sharing session dan panel talkshow dari para pembicara.
Di antaranya Founder Sekolahmu Najeela Shihab, Founder QM Financial Ligwina Hananto, praktisi mindfulness Adjie Santosoputro, Head of Executive Koalisi Ekonomi Membumi Gita Syahrani, Co-Founder Du Anyam Azalea Ayuningtyas, Founder Waste4Change M. Junerosano, dan berbagai tokoh lainnya.
Kemudian, mengunjungi Sea Turtle Spark Area (art & culture area), untuk melihat karya pelaku social enterprise lokal, seperti alat sensor kualitas udara yang diciptakan oleh Nafas, produk anyaman oleh pengrajin lokal yang dikurasi Du Anyam.
Baca juga: Budidaya Ikan Tidak Termasuk Bisnis yang Implementasikan Sustainability?
Lalu, ada sajian makanan yang diolah dari bahan pangan yang berpotensi terbuang oleh FoodCycle, dan mengamati pakan ternak yang digarap dari limbah makanan bersama Magalarva.
Selain itu, ada Leaf Spark Area (food and beverage area), yakni food court dengan tenant-tenant bertemakan kearifan lokal
“Dengan memadukan edukasi, inovasi, dan hiburan, festival ini bertujuan menciptakan gelombang perubahan positif yang akan terus bergema jauh setelah acara berakhir, mendorong masyarakat Indonesia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan inklusif,” pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya