KOMPAS.com - Perusahaan teknologi raksasa, Google, bakal memanfaatkan tenaga nuklir untuk memasok kebutuhan listrik data center atau pusat datanya pada 2030.
Perusahaan tersebut bermitra dengan Kairos Power untuk mengembangkan reaktor nuklir skala kecil atau small modular reactors.
Selain itu, kedua belah pihak juga berencana mengembangkan reaktor tambahan yang dijadwalkan hingga tahun 2035.
Baca juga: BRIN: Teknologi Nuklir Dapat Deteksi Pemalsuan Pangan
Dilansir dari Sustainability News, Rabu (16/10/2024), langkah Google memilih nuklir sebagai pemasok energi bagi pusat datanya bukan tanpa sebab.
Borosnya konsumsi listrik data center, ditambah kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), membuat kebutuhan daya semakin tinggi.
Di sisi lain, desakan untuk dekarbonisasi pembangkit terus digaungkan untuk mencapai net zero emission (NZE) dan melawan perubahan iklim.
Sehingga, kebutuhan untuk memiliki pembangkit rendah emisi mutlak diperlukan.
Baca juga: Kejar PLTN 2032, Organisasi Pelaksana Energi Nuklir Nasional Dibentuk Tahun Ini
Di satu sisi, pemilihan energi nuklir juga menandai pergeseran pendekatannya Google terhadap energi berkelanjutan.
Sumber energi terbarukan bersih seperti tenaga surya dan angin sering kali kesulitan menyediakan daya listrik berkapasitas tinggi dan konsisten karena sifat intermitensinya.
Namun, Google tidak sendirian dalam ambisi nuklirnya. Microsoft, raksasa teknologi lainnya, juga telah menjajaki opsi nuklir untuk pusat datanya.
Pada 2022, Microsoft bermitra dengan TerraPower, sebuah perusahaan inovasi nuklir, mengembangkan small modular reactors untuk pusat datanya.
Baca juga: Siap Kerja Sama, Rusia Tunggu Keputusan RI Kembangkan Energi Nuklir
Perusahaan tersebut bertujuan agar reaktor nuklir tersebut beroperasi pada awal tahun 2030-an.
Amazon, meskipun tidak secara langsung berinvestasi dalam tenaga nuklir, secara tidak langsung telah mendukung industri tersebut.
Pada 2023, raksasa niaga daring tersebut menandatangani perjanjian dengan X-energy yang berpotensi membeli daya dari proyek reaktor modular kecil baru.
Langkah ini sejalan dengan komitmen Amazon untuk memberi daya pada operasinya dengan 100 persen energi terbarukan pada 2025.
Di Perancis, perusahaan energi EDF telah berbicara dengan beberapa perusahaan teknologi untuk menyuplai daya pada pusat data dengan small modular reactors.
Baca juga: Kementerian ESDM: Penerimaan Masyarakat Tantangan Utama Energi Nuklir
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya