Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
SOROT LINGKUNGAN

Eco-Tourism, Tren Kunci yang Mengubah Lanskap Pariwisata Indonesia

Kompas.com - 29/10/2024, 18:47 WIB
Anissa Dea Widiarini,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Perubahan iklim telah menjadi ancaman nyata yang dampaknya tidak bisa lagi diabaikan. Sebagai dua generasi yang hidup di tengah terjadinya perubahan iklim, generasi milenial dan gen Z tumbuh dengan kesadaran mendalam akan krisis lingkungan.

Indonesia Millennial Report 2024 dan Indonesia Gen Z Report 2024 menunjukkan bahwa 90 persen milenial serta 88 persen gen Z setuju bahwa perubahan iklim harus ditangani dengan serius. Mereka pun telah mengambil peran aktif dalam menyuarakan keprihatinan mereka terhadap masa depan bumi.

Pemahaman milenial dan gen Z terhadap isu lingkungan turut memengaruhi perilaku dan gaya hidup mereka.

Berdasarkan laporan tersebut, perubahan gaya hidup milenial dan gen Z ini mencakup mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menggunakan transportasi umum untuk mengurangi jejak karbon, dan mempraktikan aktivitas hemat energi.

Bahkan, sebanyak 68 persen milenial dan 88 persen gen Z mau mengeluarkan biaya lebih untuk produk ramah lingkungan atau berkelanjutan.

Baca juga: Mengintip Pemanfaatan Mangrove sebagai Ekowisata di Bali Barat

Kesadaran lingkungan yang tinggi dari kedua generasi itu tidak hanya memengaruhi keputusan konsumsi sehari-hari, tetapi juga mengubah preferensi mereka dalam berwisata.

Pergeseran perilaku tersebut pun turut menghadirkan tren baru dalam aspek pariwisata. Salah satunya adalah peningkatan tren ekowisata atau ecotourism di Indonesia.

Menurut laman KBBI Online, ekowisata atau ekoturisme merupakan wisata berbasis alam yang menekankan pembelajaran lingkungan dan memastikan lingkungan tidak dirusak oleh wisatawan atau kegiatan wisata.

Diberitakan Kompas.id, Sabtu (26/6/2021), ecotourism sebagai pariwisata berkelanjutan direncanakan dengan tiga tujuan, yakni keuntungan, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat.

Ecotourism berorientasi pada kepentingan bersama dan berfokus pada kepentingan lokal. Dari aspek kegiatan, ecotourism berfokus memberikan pengalaman untuk pengunjung dengan konservasi alam sebagai prioritas.

Baca juga: Sempat Rusak, 26 Hektar Kawasan Mangrove Dikembangkan Jadi Ekowisata

Konsep wisata berkelanjutan itu menitikberatkan pada empat pilar utama, yaitu pengelolaan berkelanjutan, keberlanjutan sosial-ekonomi, keberlanjutan budaya, dan keberlanjutan lingkungan. 

Berbeda dari pendekatan berbasis kuantitas, model pariwisata tersebut mengutamakan kualitas pengalaman dengan mendorong wisatawan untuk tinggal lebih lama sehingga dampak positif bagi destinasi wisata dapat dirasakan lebih optimal.

Tren ecotourism bukan sekedar fenomena sesaat, melainkan perubahan fundamental dalam pendekatan pariwisata yang berkelanjutan. Dengan melibatkan masyarakat lokal secara aktif, ekowisata tidak hanya melestarikan alam, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif di daerah tujuan wisata. 

Di Indonesia, tren ecotourism dan pariwisata berkelanjutan terus tumbuh. Bahkan, pemerintah pun telah menunjukkan komitmennya untuk lebih serius mendukung tren pariwisata berkelanjutan.

Hal ini sejalan dengan survei yang dilakukan Kemenparekraf pada Juli 2023, sebanyak 56,76 persen pakar yang telah memprediksi bahwa pariwisata berkelanjutan akan menjadi tren kunci pada 2023-2024.

Baca juga: Mengintip Pemanfaatan Mangrove sebagai Ekowisata di Bali Barat

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Sederet Ancaman Penyu dan Cetacea, Aktivitas Manusia Sebab Utamanya
Sederet Ancaman Penyu dan Cetacea, Aktivitas Manusia Sebab Utamanya
LSM/Figur
Google Bilang Target Iklim Makin Sulit Diraih, Emisi Naik Tajam
Google Bilang Target Iklim Makin Sulit Diraih, Emisi Naik Tajam
Swasta
Pertamina NRE Targetkan Produksi Baterai EV pada 2026
Pertamina NRE Targetkan Produksi Baterai EV pada 2026
BUMN
Kementerian ESDM Kebut Penyediaan Listrik Bersih di Indonesia Timur
Kementerian ESDM Kebut Penyediaan Listrik Bersih di Indonesia Timur
Pemerintah
Pertamina Gandeng Arab Saudi untuk Kembangkan Teknologi Energi Bersih
Pertamina Gandeng Arab Saudi untuk Kembangkan Teknologi Energi Bersih
BUMN
4 Perusahaan Kena Denda hingga Rp 721 Miliar karena Rusak Lingkungan
4 Perusahaan Kena Denda hingga Rp 721 Miliar karena Rusak Lingkungan
Pemerintah
Ikan Mati Massal Lagi di Kali Surabaya, Tak Kunjung Usai Sejak 1975
Ikan Mati Massal Lagi di Kali Surabaya, Tak Kunjung Usai Sejak 1975
LSM/Figur
Janji Besar, Komitmen Industri Mode pada Keberlanjutan Masih Kecil
Janji Besar, Komitmen Industri Mode pada Keberlanjutan Masih Kecil
Swasta
'Genera-Z Berbakti', Inisiatif BCA Menggandeng Gen Z Jadi Agen Perubahan Lingkungan dan Sosial
"Genera-Z Berbakti", Inisiatif BCA Menggandeng Gen Z Jadi Agen Perubahan Lingkungan dan Sosial
Swasta
Pertanian Hijau Terbukti Tingkatkan Biodiversitas dan Panen, Tapi Butuh Subsidi
Pertanian Hijau Terbukti Tingkatkan Biodiversitas dan Panen, Tapi Butuh Subsidi
LSM/Figur
2 Orang Ditangkap karena Bawa Ratusan Burung, Termasuk 112 Ekor yang Dilindungi
2 Orang Ditangkap karena Bawa Ratusan Burung, Termasuk 112 Ekor yang Dilindungi
Pemerintah
PMI Dorong Inovasi Inklusif Tembakau Bebas Asap, Libatkan UMKM hingga Hotel
PMI Dorong Inovasi Inklusif Tembakau Bebas Asap, Libatkan UMKM hingga Hotel
Swasta
Ahli Ungkap Potensi Bakteri Jadi Pengganti Pupuk dan Pestisida
Ahli Ungkap Potensi Bakteri Jadi Pengganti Pupuk dan Pestisida
Swasta
Stunting Gunungkidul Tinggi, Kelor dan Ikan Tawar Bisa Jadi Solusi
Stunting Gunungkidul Tinggi, Kelor dan Ikan Tawar Bisa Jadi Solusi
LSM/Figur
Elang Jawa Tinggal 511 Pasang, Butuh Aksi Nyata Konservasi Habitat
Elang Jawa Tinggal 511 Pasang, Butuh Aksi Nyata Konservasi Habitat
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau