KOMPAS.com - Laporan terbaru World Meteorological Organization (WMO) menemukan, tingkat konsentrasi polutan yang menyumbat atmosfer Bumi mencapai rekor tertinggi pada 2023.
Mengutip The Guardian, Rabu (6/11/2024), WMO mencatat bahwa konsentrasi karbon dioksida meningkat 10 persen dalam dua dekade terakhir. Ini menandai peningkatan konsentrasi polutan yang signifikan.
"Tahun demi tahun, sebuah rekor baru. Ini seharusnya menandakan peringatan bagi para pembuat keputusan," kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo.
Baca juga:
Dalam laporannya, WMO menyebut melonjaknya tingkat polutan dikarenakan pembakaran bahan bakar fosil yang sangat tinggi oleh manusia. Hal itu diperparah dengan kebakaran hutan, dan menurunnya kemampuan pohon menyerap karbon.
"Jelas, kita tidak mampu untuk mewujudkan Perjanjian Paris agar membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat celsius dan mencapai 1,5 derajat celsius di atas tingkat pra-industri," ungkap Saulo.
Dia menjelaskan, pembakaran bahan bakar fosil dari kendaraan ataupun batu bara untuk pembangkit listrik melepaskan gas yang menghalangi sinar matahari ke Bumi.
WMO lantas memperingatkan, kondisi tersebut dapat menyebabkan kebakaran hutan hebat. Akibatnya adalah karbon makin meningkat, dan lautan yang menghangat.
Para peneliti mengungkapkan, konsentrasi karbon dioksida mencapai 420 bagian per juta (ppm) pada 2023. Tingkat polusi ini 51 persen lebih tinggi dibandingkan sebelum revolusi industri.
"Konsentrasi polutan yang kuat namun bersifat sementara juga melonjak. Konsentrasi metana mencapai 1.934 bagian per miliar (ppb), naik 165 persen dari tingkat pra-industri. Nitrous oxide mencapai 336,9 ppb, naik 25 persen," tulis para peneliti.
Baca juga:
Salah satu penulis laporan WMO Joeri Rogelj menyatakan, konsentrasi karbon dioksida yang terus meningkat merupakan dampak gas rumah kaca (GRK) akibat ulah manusia.
Untuk mengatasi emisi, para ilmuwan menyebut, diperlukan investasi hingga Rp 31 ribu triliun setiap tahunnya.
"Tren saat ini menunjukkan pemanasan global melebihi batas pemanasan yang disepakati para pemimpin dunia dalam Perjanjian Paris tahun 2015. (Laporan tersebut) juga menunjukkan, ini bukanlah akhir dari segalanya," ucap Rogelj.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya