Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRIN Rekomendasikan Konsep Kota Hijau untuk Jamin Keberlanjutan Ekosistem

Kompas.com - 06/11/2024, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merekomendasikan konsep pembangunan kota hijau atau green city dan kota hutan forest city di Indonesia.

Pembangunan kota hijau dan kota hutan perlu dilakukan untuk menjamin keberlanjutan ekosistem, khususnya di wilayah perkotaan.

Konsep tersebut perlu diusung mengingat Indonesia akan memiliki tambahan 178.000 kota/kabupaten dan kota baru sebagai hasil pemekaran wilayah.

Baca juga: Pusat Data Ramah Lingkungan Bantu Dorong Investasi Hijau di Asia Tenggara

Peneliti Ahli Utama PREE BRIN Hendra Gunawan menjelaskan, kota hijau memiliki beberapa karakteristik yaitu adanya ruang terbuka hijau (RTH) serta memiliki program perlindungan dan peningkatan keanekaragaman hayati.

Hal tersebut disampaikan Hendra dalam webinar dengan tema "Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Lanskap Antropogenik: Tantangan dan Peluang Untuk Keberlanjutan Ekosistem", Kamis (31/10/2024).

Kota hijau juga mempunyai Rencana Tata Ruang Wilayah yang terpadu dengan konservasi keanekaragaman hayati, transportasi ramah lingkungan, serta efisiensi sumber daya seperti energi dan air.

Selain itu, karakteristik lainnya adalah pengurangan jejak karbon atau emisi gas rumah kaca (GRK), pengurangan pencemaran atau limbah, serta infrastruktur hijau.

Baca juga: Inggris Dorong Perkuat Kerja Sama Hijau dengan Pemerintahan Baru RI

Selain itu, Hendra menekankan pentingnya infrastruktur hijau dan perilaku ramah lingkungan masyarakatnya.

"Dukungan masyarakat dan swasta dalam mendorong ekonomi lokal berkelanjutan juga menjadi salah satu karakteristik sebuah green city," kata Hendra dikutip dari situs web BRIN.

Hendra menuturkan, berbeda dengan kota hijau dengan RTH di area tertentu, kota hutan memiliki area hijau yang lebih menyeluruh.

Dia mencontohkan beberapa RTH ramah keanekaragaman hayati perkotaan yang berhasil dibangunnya bersama mitra, seperti hutan kota berkonsep keanekaragaman, taman keanekaragaman hayati (kehati), dan arboretum.

Sementara itu, Dosen Fakultas Kehutanan dan Sains Universitas Lancang Kuning (Unilak) Hadinoto turut memaparkan pentingnya menjaga keanekaragaman satwa di perkotaan.

Baca juga: Perusahaan yang Punya Paten Inovasi Hijau Punya Risiko Kredit yang Rendah

Ia menjelaskan hasil penelitiannya terkait inventarisasi keragaman jenis burung di berbagai habitat di Kota Pekanbaru. Menurutnya, keberadaan burung sangat penting dalam sebuah ekosistem.

"Burung sebagai agen penyerbuk, pengendali hama, penyebaran biji, dan mata rantai dalam rantai makanan memegang peran yang sangat penting," tuturnya.

Dari hasil penelitiannya di Kota Pekanbaru, dia mendata sebanyak 2.244 ekor burung terdiri dari 75 jenis burung yang dikelompokkan ke dalam 34 famili.

Selain itu, dia menilai tingkat persepsi masyarakat terhadap upaya konservasi burung cukup baik.

"Hal ini penting sebagai dasar penyusunan strategi konservasi keanekaragaman hayati Kota Pekanbaru," ungkapnya.

Baca juga: PT PLN EPI Getol Kembangkan Hidrogen Hijau, Bidik Industri dan Transportasi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

COP16 Riyadh: Kesehatan Tanah Jadi Cermin Kualitas Makanan

COP16 Riyadh: Kesehatan Tanah Jadi Cermin Kualitas Makanan

LSM/Figur
Punya Peran Penting untuk Ketahanan Pangan Dunia, Petani Gurem Masih Terus Diabaikan

Punya Peran Penting untuk Ketahanan Pangan Dunia, Petani Gurem Masih Terus Diabaikan

LSM/Figur
Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

LSM/Figur
Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

Pemerintah
Pegiat Lingkungan Raih Penghargaan Kehati Award 2024

Pegiat Lingkungan Raih Penghargaan Kehati Award 2024

LSM/Figur
Perubahan Iklim Bisa Rugikan Stadion FIFA hingga 800 Juta Dollar AS

Perubahan Iklim Bisa Rugikan Stadion FIFA hingga 800 Juta Dollar AS

Pemerintah
Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

LSM/Figur
Tantangan Konservasi di Indonesia, Mulai dari Pendanaan hingga Kebakaran

Tantangan Konservasi di Indonesia, Mulai dari Pendanaan hingga Kebakaran

Pemerintah
42 Perusahaan Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2024

42 Perusahaan Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2024

Pemerintah
Anggaran Konservasi Turun Rp 300 Miliar dalam APBN 2025

Anggaran Konservasi Turun Rp 300 Miliar dalam APBN 2025

Pemerintah
Masyarakat di Desa Guci Tegal Berhasil Kembangkan Hutan Wisata Berkelanjutan

Masyarakat di Desa Guci Tegal Berhasil Kembangkan Hutan Wisata Berkelanjutan

LSM/Figur
Jadi Utusan Khusus Sekjen PBB, Retno Marsudi: Dunia Masih Belum Sadar Krisis Air

Jadi Utusan Khusus Sekjen PBB, Retno Marsudi: Dunia Masih Belum Sadar Krisis Air

LSM/Figur
Warga di Berau Manfaatkan Lahan Hutan Mangrove untuk Bertambak

Warga di Berau Manfaatkan Lahan Hutan Mangrove untuk Bertambak

Pemerintah
COP16 Riyadh: Investasi Restorasi Lahan Berdampak Ekonomi 30 Kali Lipat

COP16 Riyadh: Investasi Restorasi Lahan Berdampak Ekonomi 30 Kali Lipat

LSM/Figur
Kendaraan di Dunia Lepaskan 6 Juta Ton Serpihan Mikroplastik Per Tahun

Kendaraan di Dunia Lepaskan 6 Juta Ton Serpihan Mikroplastik Per Tahun

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau