Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NOAA Luncurkan Satelit Baru, Bisa Pantau Kebocoran Gas Metana Setiap 7 Detik

Kompas.com - 03/12/2024, 16:42 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) meluncurkan satelit GOES, yang dapat memantai kebocoram gas metana di atmosfer.

NOAA mengungkapkan, hasil uji coba menunjukkan kamera pada satelit GOES-16 dan GOES-18, Advanced Baseline Imager (ABI), mampu menemukan kebocoran atau pelepasan metana penyebab gas rumah kaca setiap 7 detik.

"Mengetahui secara pasti berapa banyak metana yang dilepaskan adalah tujuan utama dari percobaan ini," ujar peneliti NOAA Shobha Kondragunta dikutip dari laman resmi NOAA, Selasa (3/12/2024).

Baca juga:

Para ilmuwan mengatakan, verifikasi eksperimental data metana GOES akan menghasilkan informasi yang lebih cepat dan lengkap. Ini termasuk data lokasi, jumlah emisi metana, dan upaya mitigasi ketika terjadi kebocoran.

Dalam uji cobanya, NOAA bekerja sama dengan ahli Harvard University serta organisasi nirlaba Carbon Mapper, untuk memeriksa potensi penggunaan maupun manfaat fitur pelacakan dan pengukuran emisi.

Mereka menyebut, satelit GOES mendeteksi gas metana yang berasal dari sumber alami ataupun buatan manusia.

Penghasil utamanya antara lain peternakan sapi, pengelolaan pupuk kandang, ekstraksi bahan bakar fosil dari ladang minyak, gas alam, dan jaringan pipa, hingga pengelolaan limbah di tempat pembuangan akhir.

“Data satelit sering divalidasi menggunakan data in situ, dan percobaan ini memberikan kesempatan untuk mengevaluasi fluks metana yang diamati dari instrumen berbasis darat dan berbasis pesawat,” jelas Direktur Laboratorium Pemantauan Global OAR Vanda Grubisic.

Peneliti dari Harvard University Daniel Varon menyampaikan bahwa satelit memiliki keterbatasan, karena hanya dapat mendeteksi metana pada siang hari.

Baca juga:

Selain itu, ABI GOES-19 dan instrumen serupa hanya dapat mendeteksi kebocoran metana sangat besar, yang diukur dalam puluhan ton per jam.

“Instrumen ini tidak cukup sensitif untuk mendeteksi gumpalan yang lebih kecil pada skala puluhan kilogram per jam, tetapi memiliki kemampuan unik untuk memantau kebocoran besar secara real-time,” ucap Varon.

Kendati demikian, pendeteksian GOES dapat melaporkan sekaligus membantu memitigasi kebocoran gas metana. Kini, ilmuwan tengah mengujicoba GOES-19 setelah peluncuran instrumen dan sistemnya. Setelah beroperasi pada 2025, satelit ini akan berfungsi sebagai satelit GOES Timur milik NOAA.   

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau