KOMPAS.com - Formula 1 meningkatkan investasinya di sektor bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) melalui kemitraan dengan Qatar Airways.
Inisiatif ini dibangun berdasarkan kolaborasi sebelumnya antara F1 dengan DHL, mitra logistik global Formula 1.
Jika digabungkan, kedua program tersebut diproyeksikan akan mengurangi emisi lebih dari 8000 ton setara karbon dioksida (tCO2e) pada tahun 2024 atau sebesar 19 persen dibandingkan dengan bahan bakar tradisional yang digunakan untuk angkutan udara selama acara F1.
Baca juga:
Mengutip Edie, Selasa (3/12/2024) Formula 1 telah berjanji untuk mencapai nol emisi karbon pada 2030 dengan target pengurangan emisi sebesar 50 persen. Pada 2023, F1 telah mencapai pengurangan sebesar 13 persen.
"Investasi hari ini adalah langkah selanjutnya dalam strategi bahan bakar alternatif yang merupakan inti dari pencapaian target Net Zero 2030 kami. Melalui kolaborasi dengan tim dan mitra, kami memenuhi janji untuk menurunkan emisi karbon olahraga dan mendorong teknologi yang dapat berdampak di luar Formula 1," ungkap Ellen Jones, Kepala ESG di Formula 1.
Sementara itu, laporan F1 yang dirilis tahun ini mengungkapkan bahwa logistik, khususnya pengangkutan peralatan ke acara merupakan sumber emisi terbesar yang mencakup 49 persen dari jejak karbonnya.
Sumber lainnya termasuk perjalanan bisnis (29 persen), operasional acara (12 persen), fasilitas (10 persen) serta bahan bakar mobil balap yang berkontribusi kurang dari 1 persen.
SAF sendiri merupakan bagian penting dari strategi bahan bakar alternatif Formula 1 dan rencana logistik untuk mencapai tujuan nol emisi bersihnya.
Formula 1 menggunakan sistem 'book and claim' untuk menghitung pengurangan emisi dari SAF.
Hal ini untuk memastikan bahwa SAF menggantikan bahan bakar jet fosil di sektor penerbangan sambil memberikan pengurangan emisi yang setara untuk olahraga tersebut.
Selain itu, mulai tahun 2026, mobil Formula 1 akan menggunakan 100 persen bahan bakar berkelanjutan yang canggih, sementara Formula 2 dan Formula 3 juga akan menyusul mengadopsi standar yang sama.
Saat ini, mobil Keselamatan dan Medis FIA juga menggunakan 40 persen bahan bakar berkelanjutan yang canggih.
“Ini adalah contoh terbaru tentang bagaimana para pemangku kepentingan di seluruh olahraga selaras dengan visi kami untuk F1 yang lebih berkelanjutan, yang sangat kami nanti-nantikan,” kata Jones lagi.
Baca juga:
Di samping inisiatif SAF, Formula 1 telah menerapkan beberapa langkah untuk mengurangi jejak karbonnya.
Misalnya saja penggunaan truk bertenaga biofuel DHL yang telah mengirimkan sembilan Grand Prix Eropa pada tahun 2023, mengurangi emisi rata-rata 83 persen dibandingkan dengan truk tradisional.
Kalender balapan juga telah dioptimalkan untuk meminimalkan jarak tempuh, termasuk pemindahan Grand Prix Kanada ke bulan Mei dan Grand Prix Monako ke bulan Juni mulai tahun 2026.
Pusat regional di Eropa, UEA, dan AS diharapkan dapat membantu mengurangi jarak pengiriman barang antar acara.
Grand Prix Eropa juga menggabungkan solusi energi hijau, dengan area operasional utama seperti jalur pit dan paddock beralih ke sumber energi rendah karbon mulai musim depan, sehingga mengurangi emisi di area ini hingga lebih dari 90 persen.
Baca juga: Peneliti BRIN Kembangkan Bahan Bakar Pesawat Berbahan Minyak Kelapa
Lalu, kontainer kargo yang didesain ulang kini lebih mudah dipasang di pesawat Boeing 777, sehingga mengurangi emisi hingga 17 persen.
Operasi penyiaran jarak jauh yang berbasis di Pusat Media & Teknologi F1 di Inggris juga mengurangi kebutuhan perjalanan personel dan peralatan yang ekstensif.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya