KOMPAS.com - Studi baru yang dilakukan oleh konsultan independen UMAS bersama UCL Energy Institute, London menyatakan bahwa dengan mengoptimalkan kedatangan kapal di pelabuhan dapat mengurangi emisi pelayaran hingga 25 persen untuk beberapa jenis kapal.
Emisi ini mencakup PM, NOx, dan SOx, yang dapat memengaruhi populasi lokal di dekat zona berlabuh.
Studi berjudul "Port congestion, Waiting Times and Operational Efficiency" ini menyelidiki besarnya total potensi pengurangan gas rumah kaca (GRK) dengan memperhitungkan waktu tunggu kapal dan kemacetan pelabuhan.
Baca juga:
Rata-rata, seperti dikutip dari Safety4Sea, Senin (9/12/2024) kapal-kapal ini menghabiskan antara 4–6 persen dari waktu operasional mereka per tahun (total 15–22 hari) menunggu di jangkar di luar pelabuhan sebelum diberi tempat berlabuh.
Kapal kontainer dan pengangkut curah umumnya memiliki waktu tunggu pra-berlabuh yang lebih singkat daripada kapal tanker (minyak, kimia, dan gas).
Selain itu, ada 20 persen waktu tunggu lebih lanjut, misalnya waktu yang dihabiskan dengan kecepatan kurang dari 3 knot.
Ini dapat mencakup antrean kanal dan waktu tunggu untuk penyewaan baru, tergantung pada faktor fisik dan pasar.
Meskipun tidak termasuk dalam estimasi penghematan emisi, ini menunjukkan potensi lebih lanjut untuk peningkatan biaya dan produktivitas.
Emisi GRK sendiri kemudian dapat dikurangi dengan mengubah waktu tunggu menjadi durasi pelayaran yang lebih lama pada kecepatan yang lebih rendah.
Karena hubungan non-linier antara kecepatan kapal dan konsumsi bahan bakar, waktu tunggu 4–6 persen menghasilkan pengurangan emisi yang jauh lebih tinggi (10–25 persen).
Lebih lanjut, tren dari 2018–2022 menunjukkan bahwa waktu tunggu secara umum meningkat, bervariasi menurut jenis kapal.
Kapal tanker kimia mengalami waktu tunggu terlama, kemungkinan karena kompleksitas operasinya, termasuk pembersihan tangki antara pemuatan dan pembongkaran.
Baca juga:
Kapal yang lebih kecil umumnya memiliki waktu tunggu sebelum berlabuh yang lebih lama, yang merupakan peluang signifikan untuk pengurangan kecepatan.
Total potensi pengurangan emisi bervariasi menurut jenis kapal.
Misalnya, pengiriman peti kemas, meskipun waktu tunggunya lebih rendah, menawarkan potensi pengurangan absolut tertinggi karena total emisinya yang tinggi, melebihi 5 juta ton selama 2018–2022.
Hasil analisis ini pun dapat membantu menargetkan strategi untuk mengurangi waktu tunggu, sekaligus mendorong peningkatan yang lebih luas dalam pengoptimalan pelayaran dan efisiensi operasional secara keseluruhan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya