Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Proyek Gas Baru Senilai 200 Miliar AS Sebabkan Bom Iklim

Kompas.com - 09/12/2024, 20:16 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Bank-bank besar telah menginvestasikan 213 miliar dollar AS untuk membangun terminal yang mengekspor dan mengimpor gas yang didinginkan dan dikirim dengan kapal tanker laut.

Namun laporan dari kelompok iklim Reclaim Finance memperingatkan gelombang proyek gas baru tersebut dapat menyebabkan 'bom iklim' yang merusak.

Menurut laporan tersebut, gelombang proyek gas bari ini dapat melepaskan emisi tahunan setara dengan semua pembangkit tenaga listrik tenaga batu bara yang beroperasi di dunia.

Mengutip Guardian, Senin (9/12/2024) Reclaim Finance menemukan peningkatan tajam dalam proyek-proyek untuk meningkatkan perdagangan gas global dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh peralihan dari batu bara ke gas di negara-negara berkembang dan perang Rusia dengan Ukraina.

Baca juga:

Laporan itu menemukan bahwa ada delapan proyek terminal ekspor gas alam cair (LNG) dan 99 proyek terminal impor yang telah selesai dalam dua tahun terakhir, yang meningkatkan kapasitas ekspor dunia sebesar 7 persen dan kapasitas impor global sebesar 19 persen.

Selain itu, pengembang LNG merencanakan 156 proyek terminal LNG baru di seluruh dunia yang akan dibangun pada tahun 2030, yang mana 63 di antaranya adalah terminal ekspor dan 93 terminal impor, menurut laporan tersebut.

Lebih lanjut, laporan memperingatkan bahwa karena kebocoran metana, terminal-terminal ini dapat menghasilkan sekitar 10 gigaton emisi gas rumah kaca pada akhir dekade ini atau hampir sama banyaknya dengan emisi tahunan semua pembangkit batu bara yang beroperasi di seluruh dunia.

“Perusahaan minyak dan gas mempertaruhkan masa depan mereka pada proyek-proyek LNG, tetapi setiap proyek yang mereka rencanakan membahayakan masa depan perjanjian Paris. Bank dan investor mengaku mendukung perusahaan minyak dan gas dalam transisi, tetapi sebaliknya mereka menginvestasikan miliaran dolar untuk bom iklim masa depan,” Justine Duclos-Gonda, dari Reclaim Finance.

Temuan terbaru ini dapat memicu kekhawatiran mengenai investasi yang tidak terkendali di pasar gas global, yang dapat menyebabkan kelebihan pasokan gas yang akan mengancam target iklim dunia.

Badan Energi Internasional sebelumnya menyebut pasar LNG global sedang menuju kelebihan pasokan gas yang belum pernah terjadi sebelumnya yang akan berkontribusi untuk menempatkan dunia pada jalur kenaikan 2,4C di atas tingkat pra-industri pada tahun 2100.

Baca juga:

Badan ini juga mencatat kapasitas LNG dunia berada di jalur yang tepat untuk tumbuh hampir 50 persen pada tahun 2030, lebih besar dari perkiraan permintaan gas dunia dalam ketiga skenario yang dimodelkan oleh badan tersebut.

Kelebihan pasokan ini diperkirakan akan menyebabkan turunnya harga bahan bakar fosil, yang dapat mendorong ketergantungan yang lebih besar pada gas murah demi teknologi energi terbarukan dan peningkatan efisiensi energi, sehingga target iklim semakin diragukan.

"LNG adalah bahan bakar fosil dan proyek-proyek baru tidak memiliki peran dalam transisi yang berkelanjutan,” kata Duclos-Gonda.

“Bank dan investor harus bertanggung jawab dan segera berhenti mendukung pengembang LNG dan terminal-terminal baru,” tambahnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau