Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/12/2024, 19:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Meski menjadi tanah yang paling subur dan kaya akan bahan organik, tanah hitam di Indonesia menghadapi berbagai tantangan. 

Periset dari Pusat Riset Tanaman Pangan (PRTP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Destika Cahyana mengatakan, tanah hitam terancam konversi lahan bila tidak ada data yang valid.

Hal tersebut disampaikan Destika dalam webinar Pengelolaan Tanah Hitam Berkelanjutan untuk Ketahanan Pangan dan Mitigasi Perubahan Iklim, Kamis (12/12/2024).

Baca juga: Mitigasi Rawan Bencana, Data Penurunan Muka Tanah Segera Diperbarui

Konversi lahan akan menyebabkan erosi dan membuat tanah hitam akan hilang, begitu juga stok karbonnya.

"Karena itu, identifikasi sebaran spasial dan proteksi tanah hitam sangat diperlukan," ujar Destika dikutip dari situs web BRIN.

Dia menambahkan, pihaknya telah melakukan pemetaan tanah hitam tahap pertama. Hasil dari pemetaan tersebut, Indonesia memiliki 6,3 juta hektare tanah hitam yang dapat ditemui di 14 provinsi.

Misalnya Aceh, beberapa wilayah di Jawa, Sulawesi, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, serta Papua. 

Baca juga: Kesehatan Tanah Menurun, Swasembada Pangan Butuh Lahan Sehat dan Produktif

"Sedangkan untuk tahap kedua, kami tengah melakukan klasifikasi di software SAGA dengan data DEM dan algoritma Landform. Kemudian pemisahan Mollisols dilakukan di software R dengan metode digital soil mapping atau machine learning," terangnya.

Contoh pengelolaan

Periset PRTP BRIN lainnya, Ahmad Suriadi, menjelaskan pengelolaan tanah hitam di NTB untuk pertanian, perkebunan, kehutanan, dan peternakan. 

"Pengelolaan dilakukan dengan sistem gogorancah untuk tanah kering dan penanaman gora, agar petani tidak perlu menyiangi lahan saat kering," jelasnya. 

Ahmad juga menyarankan penggunaan herbisida selektif untuk menekan biaya penyiangan, serta teknik konservasi air dengan embung untuk meningkatkan produktivitas lahan tadah hujan.

Baca juga: Tingginya Kandungan Garam di Tanah Ancam Pertanian Global

Sementara itu, Tony Basuki dari PRTP BRIN memaparkan pengelolaan tanah hitam di NTT yang tersebar di pulau-pulau kecil. 

"Kami mengelola tanah dengan pendekatan berbasis pengetahuan dan kearifan lokal, seperti teknik aisuak untuk mengolah tanah berat. Teknik ini membantu menggemburkan tanah setelah hujan," ungkap Tony.

Di Lembah Palu Sulawesi Tengah, Syafruddin dari PRTP BRIN menjelaskan tanah hitam dimanfaatkan untuk hortikultura, perkebunan kakao, kopi, dan palawija.

"Pengelolaan tanah hitam di sini memerlukan pemupukan, teknik konservasi tanah dan air. Di samping itu juga diperlukan dukungan infrastruktur dan penyuluhan kepada petani," kata Syafruddin.

Ia mengajak masyarakat untuk merawat tanah hitam dan mendorong riset lebih lanjut guna meningkatkan produktivitas dan mendukung swasembada pangan nasional.

Baca juga: Lebih dari Separuh Tanah di Bumi Akan Mengering Permanen

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Relawan World Cleanup Day RI Terbanyak di Dunia Tujuh Tahun Berturut-turut
Relawan World Cleanup Day RI Terbanyak di Dunia Tujuh Tahun Berturut-turut
Pemerintah
Kolaborasi SIS dan Cambridge, Wujudkan Pendidikan Internasional yang Inklusif dan Terjangkau
Kolaborasi SIS dan Cambridge, Wujudkan Pendidikan Internasional yang Inklusif dan Terjangkau
Swasta
Orangutan Tapanuli Tinggal 577 Ekor, Dua Koridor Hutan Perlu Diperluas
Orangutan Tapanuli Tinggal 577 Ekor, Dua Koridor Hutan Perlu Diperluas
LSM/Figur
Jadi Pengepul Trenggiling, Pria Paruh Baya di Jateng Terancam 10 Tahun Penjara
Jadi Pengepul Trenggiling, Pria Paruh Baya di Jateng Terancam 10 Tahun Penjara
Pemerintah
Transisi Lambat, tapi Perkapalan Siap Beralih ke Bahan Bakar Hijau Pasca-2030
Transisi Lambat, tapi Perkapalan Siap Beralih ke Bahan Bakar Hijau Pasca-2030
Swasta
Studi: Mayoritas Pabrikan Mobil Uni Eropa Siap Penuhi Target Emisi
Studi: Mayoritas Pabrikan Mobil Uni Eropa Siap Penuhi Target Emisi
Swasta
Dari Trek Lari, FKUI Targetkan Galang Rp 4M untuk Bangun Puskesmas Cianjur
Dari Trek Lari, FKUI Targetkan Galang Rp 4M untuk Bangun Puskesmas Cianjur
Swasta
Tak Masalah FOMO Lari, Kita Bisa Berkontribusi pada SDGs
Tak Masalah FOMO Lari, Kita Bisa Berkontribusi pada SDGs
LSM/Figur
Timbunan Sampah Capai 140 Ribu Ton per Hari, Pengelolaannya Baru 15 Persen
Timbunan Sampah Capai 140 Ribu Ton per Hari, Pengelolaannya Baru 15 Persen
Pemerintah
84 Ribu Hektare Kebun Sawit Ada dalam Kawasan Hutan, Milik 64 Entitas
84 Ribu Hektare Kebun Sawit Ada dalam Kawasan Hutan, Milik 64 Entitas
Pemerintah
Tambang Nikel Rusak Raja Ampat, Greenpeace Desak Tata Kelola Mineral Berkelanjutan
Tambang Nikel Rusak Raja Ampat, Greenpeace Desak Tata Kelola Mineral Berkelanjutan
LSM/Figur
BPOM Ungkap Strategi Cegah Keracunan pada Program MBG
BPOM Ungkap Strategi Cegah Keracunan pada Program MBG
Pemerintah
Dari Norwegia ke India, Industri Semen Tangkap Karbon untuk Jawab Tantangan Iklim
Dari Norwegia ke India, Industri Semen Tangkap Karbon untuk Jawab Tantangan Iklim
Swasta
Pangkas Emisi Karbon, Kemenhut Siapkan 17 Juta Bibit Gratis
Pangkas Emisi Karbon, Kemenhut Siapkan 17 Juta Bibit Gratis
Pemerintah
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau