KOMPAS.com - Badan Informasi Geospasial (BIG) segera memperbarui data terkait penurunan muka tanah untuk dijadikan salah satu acuan mitigasi kerawanan bencana di sepanjang pantai utara Jawa.
Pembaruan data penurunan muka tanah rencananya akan dimulai tahun ini dari kawasan Provinsi DKI Jakarta.
Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar (IGD) BIG Mohamad Arief Syafi’i mengatakan, BIG sudah mendirikan sejumlah stasiun Continuously Operating Reference Station (Ina-CORS) tambahan.
Baca juga: Tinggi Muka Laut RI Naik Hingga 1,2 Sentimeter per Tahun karena Perubahan Iklim
Stasiun tersebut berfungsi untuk memperkuat upaya pengukuran penurunan muka tanah
Satu stasiun Ina-CORS baru didirikan oleh tim BIG di kawasan Taman Mangrove Angke Kapuk, Pantai Indah Kapuk 2 (PIK), Jakarta Utara dan mulai dioperasikan Desember ini.
"Juga ada beberapa kawasan lain di seluruh daerah yang sebelumnya sudah kami pasang stasiun CORS yang digunakan untuk memantau laju penurunan tanahnya," kata Arief, dilansir dari Antara, Minggu (8/12/2024).
Berdasarkan kajian tim ahli geodesi, kawasan pesisir Jakarta Utara tersebut menjadi salah satu kawasan pantai utara yang mengalami penurunan muka tanah mencapai empat meter dari 1975.
Baca juga: Ancaman Banjir Rob dan Penurunan Muka Tanah
Mohamad menjelaskan, dari penelitian sebelumnya didapati laju penurunan tanah di pantai utara Jawa cukup tinggi yaitu 10-15 sentimeter per tahun atau 1,5 meter dalam 10 tahun.
"Bukan hanya itu, tim BIG juga mendapati adanya kenaikan muka air laut 3-4 milimeter per tahun. Meskipun kecil, tetapi laju kenaikan itu berlangsung pelahan tetapi pasti di kawasan pantai utara Jawa," ujar Arief.
Arief memastikan, BIG sebagai wali data geospasial Indonesia melakukan pengukuran tinggi muka tanah dengan tingkat akurasi tinggi.
Kombinasi peralatan berteknologi mumpuni dapat menyediakan data koreksi diferensial dari beberapa meter hingga milimeter.
Baca juga: Mulai Banyak Pemukiman Liar di Muka Kuning, Kelestarian Lingkungan Dipastikan Terjaga
"Maka hasilnya akan kami detailkan dengan peta skala yang lebih besar, 1:5.000, sehingga akan terdeteksi semua. Ini sedang dilaksanakan oleh BIG dan segera kami publish hasilnya," kata dia.
Dia berharap hasil penelitian yang dilakukan tim ahli BIG ini bisa menjadi rujukan baru bagi arah pembangunan yang dilakukan pemerintah dan juga masyarakat.
Termasuk mengatasi potensi bahaya penurunan tanah, banjir rob, abrasi, dan sebagainya akibat perubahan iklim global yang lebih cepat.
Baca juga: Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya